Jumat, 29 Agustus 2014

Resensi Novel "Jika Cinta Dia"




Judul Buku            : Jika Cinta Dia
No. ISBN               : 9786027702295
Penulis                 : Koko Ferdie
Penerbit               : Eazy Book
Terbit                  : Juni 2014
Jumlah Halaman    : 180 Halaman
Jenis Cover          : Soft Cover
Kategori               : Novel Teenlit
Teks                     : Bahasa Indonesia
Harga Normal        : Rp. 35.000,-
 
 
 Memilih yang Pantas Untuk dipilih
 
Gea, remaja berpenampilan buruk rupa yang mempunyai impian besar untuk bisa menjadi kekasih Andro, cowok paling populer di sekolahnya. Sudah bisa ditebak, cinta Gea bertepuk sebelah tangan, Andro tak pernah merespons surat-surat rahasia yang sering Gea kirim untuk Andro. Secara tak sengaja, Gea bertemu Defan pada suatu insiden yang menyebabkan Gea menjadi sebal dengan seorang Defan yang ternyata adalah sahabat Andro. Ralat, mungkin lebih tepatnya mantan sahabat, karena Defan dan Andro ternyata sudah tak akur lagi sejak sahabat mereka yang bernama Devia meninggal dunia.
 
Saat pertama kali melihat Gea yang sangat 'apa adanya', Defan menemukan sesuatu yang berbeda di mata gadis 'buruk rupa' tersebut. Mengingatkannya pada mata Devia. Usut punya usut mengapa Andro dan Defan tak bersahabat lagi sejak Devia meningal, ternyata Defan dan Andro sama-sama menyukai Devia lebih dari sahabat, dan Andro menyalahkan Defan yang menjadi penyebab meninggalnya Devia.
 
Lalu apa hubungannya Gea dengan Devia?
 
Saat tiba-tiba Andro menerima cinta Gea yang pada awalnya karena taruhan. Gea terluka dan sakit hati pada Andro. Defan yang sejak awal tertarik pada sosok unik Gea, bermaksud membantu Gea untuk memberi pelajaran pada Andro dengan cara mengubah penampilan Gea melalui Andien, sahabat Defan yang cinta mati sama Defan. Dengan bantuan Andien, jadilah penampilan fisik Gea berubah total. Hingga Andro dan Defan takjub dan menemukan Gea menyerupai sosok Devia seutuhnya.
 
Perubahan drastis Gea ternyata membuat Andro jatuh cinta beneran pada Gea. Defan pun semakin tak mengerti dengan perasaan anehnya terhadap Gea yang disinyalir dia juga semakin cinta pada Gea. Akhirnya Gea bingung, pada siapa cintanya akan berlabuh, siapa yang akhirnya Gea pilih? Apakah Andro cinta matinya atau Defan yang dari awal bisa menerimanya apa adanya? 
***
 
Jika Cinta Dia adalah novel debutnya Koko Ferdie, teman satu grup saya di komunitas menulis KOBIMO (Kelas Online Bimbingan Menulis Novel). Salut buat Koko yang terus maju pantang mundur memperjuangkan naskah-naskahnya, nggak seperti saya yang masih ngegedein mood, hehe.
 
Ada beberapa kutipan yang sangat saya suka di novel bergenre teenlit ini. Jujur, sebenarnya saya kurang suka baca teenlit, apa karena faktor U saya juga kali ya (tapi novelnya keren kok, Ko. Nggak nyesel bacanya. Suer!)
 
Beberapa kutipan yang menurut saya lumayan keren :
 



 
Sayangnya, masih ada typo yang cukup fatal dan jauh banget pengertiannya dari kalimat yang dimaksud. It's oke ... bisa dimaklumi. Saya sempat merasa jenuh dengan alur ceritanya, sekali lagi ... entah karena emang saya nggak suka baca novel remaja atau emang saya lagi nggak mood pas baca (ngelirik PR bacaan yang masih bejibun ... he)
 
Tapiiiii, ada satu kutipan yang bikin saya 'JLEB' seketika. 
 
Belajarlah cara menangis yang benar. Jangan tangisi sesuatu yang nggak perlu ditangisi!   
-Defan, hal 101- 
 
Thankies, Ko. Aku akan selalu ingat kutipan yang satu ini (mulai belajar nggak cengeng lagi, hihi.)
 
So? Pesan moral yang bisa saya ambil dari novel ini, sebaiknya jangan menilai orang dari penampilan luarnya. Dan jangan mencintai seseorang karena bentuk fisiknya. Karena pada akhirnya yang pantas untuk dipilih adalah yang bisa menerima kita dengan segala kekurangan dengan apa adanya. Dan ingat! Bentuk fisik bisa mudah diubah, tapi sifat dan tabiat terkadang susah untuk diubah.
***   


    

Kamis, 28 Agustus 2014

Melepaskan yang Tak Perlu dipertahankan


Cinta itu seperti tanaman, perlu dipupuk dan dipelihara agar tetap subur sepanjang masa. Caranya simpel aja, jangan pernah menghilangkan kepekaan terhadap pasangan. Mengubah kebiasaan romantis yang awalnya selalu dilakukan, bisa jadi akan membuat pasangan merasa terabaikan. Perempuan adalah makhluk sensitif, seoptimis apa pun sifat seorang perempuan masih bisa terkalahkan oleh mood dan perubahan sikap pasangannya. Apalagi jika sang pasangan tak peka terhadap kebutuhan satu sama lain.

Menganggap enteng dan mengabaikan kebutuhan pasangan adalah hal sepele yang bisa berakibat fatal. Mungkin Anda bisa merasa aman karena beranggapan sudah memiliki dan merasa si dia sudah nggak akan kemana-mana lagi. Wait ... apa pun bisa terjadi, kan? Siapa yang bisa menduga isi hati manusia? Jangankan manusia, seekor hamster saja akan berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri kabur dari kandangnya jika sang majikan tak memberinya makan.

Coba renungkan, apa yang akan terjadi jika Anda tak mampu memenuhi kebutuhan pasangan. Pasti akan lebih fatal dari yang dilakukan oleh seekor hamster, bukan? Filosofi anarkisnya seekor hamster tadi sepatutnya bisa menjadi bahan renungan bagi manusia yang dianugerahi akal yang lebih cerdas dari pada hamster. Menjadi pembelajaran bahwa kepekaan untuk mempertahankan suatu hubungan sebenarnya hanya dengan satu langkah saja, penuhi semua kebutuhan pasangan Anda!

Jika Anda tak mampu bersikap adil dan menyepelekan kebutuhan pasangan, maka sebaiknya Anda berpikir ulang, apakah sebenarnya Anda sudah mampu untuk memiliki pasangan. Dan jika pada akhirnya pasangan Anda memutuskan untuk melepaskan diri dan tak mampu lagi mempertahankan hubungannya dengan Anda, sebaiknya introspeksi dirilah, karena tak semua orang mempunyai kepekaan yang sama, dan mempunyai cara yang berbeda untuk menyampaikan keinginannya.

Terkadang ucapan saja tak cukup untuk membuat seseorang mengerti dengan apa yang diinginkan. Terkadang dibutuhkan tindakan tegas untuk membuat jera. Untuk itulah peraturan dibuat, untuk itulah hukuman diberlakukan, untuk membuat jera.

Jadi, jangan salahkan pasangan Anda bila akhirnya dia memutuskan untuk melepaskan diri dan tak lagi mampu mempertahankan hubungan. Sebenarnya dia hanya perlu bertahan hidup untuk memenuhi kebutuhannya yang tak mampu Anda berikan.

Ternyata slogan 'Talk Less do More' itu memang sangat penting, perlu direnungkan oleh orang yang cuma bisa ngebacot gede tapi no acting!

***


Selasa, 05 Agustus 2014

Awet Rajet

Pernah dengar istilah "Awet Rajet"? Mempertahankan rumah tangga yang penuh dengan perselisihan dan ketidakcocokan. Biasanya alasan bertahan hanya satu, anak! Tapi bila sudah berusaha mempertahankan mati-matian, tapi tak kunjung menemukan solusi untuk menciptakan pernikahan yang sakinah mawadah warahmah, apa lagi yang harus dipertahankan?

Untuk hal paling kecil, pasangan tak lagi bisa diajak kerja sama. Pasangan tak lagi bisa menjadi tempat berbagi yang nyaman. Pasangan tak lagi menjadi sosok yang diinginkan, itu yang paling fatal. Masalahnya mungkin bukan karena adanya orang ketiga. Bisa jadi karena merasa hidup sangat tak berarti bila masih mempertahankan pernikahan yang tak mendatangkan keberkahan dalam hidup. Lebih banyak mudarat daripada manfaat, apa masih pantas dipertahankan?

Kebanyakan orang awam yang mampu bertahan dalam pernikahan yang tak membuahkan kebahagiaan, semata karena memegang teguh idealisme monogami. Berusaha menutupi rasa sakit dan mati-matian menjelma sosok munafik yang selalu memakai topeng dan hidup dalam kamuflase bullshit. Patut diacungkan jempol sosok yang seperti itu, tapi dengan catatan ... dia adalah sosok setia! Setia yang benar-benar bertahan dengan kebobrokan pernikahan tanpa berusaha mencari pelarian di belakang pasangan.

Di zaman sekarang, masih adakah sosok seperti itu? Hmmm ... kalau ada, dia adalah makhluk Tuhan paling sempurna. Yang mempunyai jiwa besar dan memahami ilmu ikhlas dengan sebenar-benarnya.

Pada dasarnya menjalani pernikahan yang awet rajet merupakan pilihan. Pilihan untuk mampu menderita dan hidup dalam tekanan batin tiada habisnya. Ya ... hidup itu memang pilihan, walau tak memilih pun juga adalah sebuah pilihan. Tapi pada akhirnya, proses hidup tetap harus memilih.

***


"Hari berganti, waktu bergulir, tanpa menunggu kesiapanmu menjalani takdir." 
—Poet—