Jumat, 12 September 2014

Stalking ke Mantan, Apakah itu Suatu Bentuk Pengkhianatan Terhadap Pasangan?

Hayooooo ... Siapa yang masih suka stalking ke akun sosmed mantan?

Hmm, sadar nggak sih? Kalo ada yang melakukan hal itu, tandanya hati kecilnya belum ikhlas melepas hubungan yang telah berlalu. Mulut boleh memungkiri dengan berbagai alasan, tapi alam bawah sadar tak pernah berdusta. Bahwa bila seseorang masih 'kepo' sama kehidupan sang mantan, itu tandanya dia masih ada 'rasa' yang tertinggal walopun hanya sedikit.

Well ... Nggak usah berkelit kalau memang kenyataannya seperti itu. Sekuat apa pun melakukan pembelaan diri, tetap saja sikap itu menunjukkan kejujuran kata hati.

Trus? Gimana dong sama pasangannya yang sekarang. Apakah orang yang masih sering stalking ke mantan itu berarti dia telah mengkhianati pasangannya yang sekarang? Yups ... bisa dikatakan demikian. Walaupun hanya pengkhianatan batin, tapi itu tetap suatu bentuk pengkhianatan lhoooo.

Tanpa sadar apa yang dilakukan si stalker itu telah membentuk suatu niat tak direncana dalam dirinya. Bahwa orang tersebut masih menyimpan setitik harapan untuk bisa masuk lagi ke dalam kehidupan sang mantan. Silakan menampik habis-habisan kata hati Anda, tapi bila masih melakukan stalking juga itu bisa disebut suatu bentuk tindakan refleks karena alam bawah sadar Anda yang menginginkannya.

So? Buat para stalker mania ... ngapain sih pake acara stalking segala. Kalo memang masih pengin melanjutkan hubungan yang sempat terputus dengan mantan, kenapa nggak hubungi langsung? Perkara pengkhianatan dengan pasangan itu adalah masalah moralitas, dan itu Anda sendiri yang menentukan. Sebaiknya sebelum bertindak pikirkan dulu dengan matang. Bahwa pengkhianatan batin itu lebih berbahaya dari pada pengkhianatan yang dilakukan secara fisik. Kenapa? Batin itu tak pernah berdusta, tindakan dan ucapan bisa saja dibuat-buat. Tapi siapa yang bisa membohongi kata hati? Nggak bakalan ada!

***



Kamis, 11 September 2014

Para Pecundang

Apa sih perbedaan pecundang dan pengecut?

Menurut hasil survey saya dan utak atik ke Mbah Google, definisi kedua hal di atas adalah sebagai berikut :
Pecundang adalah orang yang berkali-kali ditawarkan kesempatan, mencoba, namun terus gagal. Hingga kegagalan itu menjadi hobi atau semacam identitas bagi dirinya. Pecundang terus mencoba namun tetap berkeluh kesah. Tidak ada inovasi!

Pengecut adalah orang-orang yang tidak pernah menang ataupun kalah. Bagaimana mau menang? Mencoba saja tidak berani! Bagaimana dia tahu dirinya kalah? menguji diri saja dia takut! Banyak orang pengecut berniat mengubah dunia, tapi tidak mau bergerak keluar. Mimpi besar tenaga tak ada. Ketika ditanya, pengecut berusaha membenarkan diri: cita-cita dimulai dari mimpi. Ya, mimpi dalam tidur nyenyak. Nikmat dalam imobilitas. Pengecut Biasanya selalu berada pada zona kenyamanan tanpa mau keluar dari zona nyaman tersebut! 

Okay ... itulah definisi pecundang dan pengecut yang menurut saya sih beda-beda tipis ya artinya. So, bagi yang merasa punya sifat definisi seperti di atas, sudah paham, kan?

Ada manusia yang punya segudang impian dan harapan, tapi terlalu takut untuk memperjuangkan dengan banyak alasan. Ada!

Ada manusia yang selalu setengah-setengah dalam bertindak. Selalu banyak pertimbangan yang hanya dijadikan alasan untuk nggak bisa move on dari hidupnya yang bullshit. Ada juga!

Ada manusia yang bisanya cuma lari dari kenyataan hidup. Punya impian dan keinginan seabrek tapi hanya berdoa tanpa berusaha. Hanya mengharapkan keajaiban datang dengan serta merta tanpa berusaha dan berani mengambil tindakan tegas untuk meraih impiannya. Ada lagi!

Yah, pokoknya macam-macam banget deh jenis pecundang itu. Yang pasti seorang pecundang nggak pernah total dalam melakukan segala hal. Predikat 'omdo' dan NATO sudah nggak asing lagi buat mereka. Jadi buat kamu yang merasa tersentil sama artikel ini ... Be totally present ya!




Jumat, 05 September 2014

Cinta yang Kembali Takkan Seperti Semula

Ups, maaf Bang Benny Arnas ... tagline 'Bersetia'-nya saya pinjam buat judul postingan saya kali ini yak ... he.

Yap ... Cinta yang pernah pergi, ketika kembali pasti keadaannya tak akan seperti semula lagi. Apalagi kalau perginya dengan meninggalkan 'luka'. Seperti gelas yang pecah, akan berserak dan (mungkin) sebagian partikelnya telah menghilang, sangat tidak mungkin untuk direkatkan kembali. Seperti paku yang telah ditancapkan di suatu bidang, saat dicabut pastinya akan meninggalkan bekas.

Begitu pun cinta. Bila seseorang yang pernah menyakiti menyatakan ingin merajut hubungan kembali, sedrastis apa pun perubahan yang terjadi pastinya tetap akan menyisakan sesak di hati. Akan ada kecanggungan dan yang paling fatal adalah trauma yang menyebabkan kekhawatiran dan hilangnya rasa kepercayaan pada akhirnya.

Walaupun rasa cinta masih tersisa dan besarnya niat untuk memperbaiki kondisi hubungan sangat kuat, tetap saja akan terkalahkan oleh kekhawatiran akan kejadian tak mengenakkan yang pernah terjadi. Ibarat merombak sebuah pakaian yang rusak dibandingkan dengan membuat pakaian baru, prosesnya akan lebih sulit. Begitu pun memperbaiki hubungan yang sempat retak, untuk mengembalikan suasana hati seperti awal pastinya akan butuh waktu dan kesabaran yang tidak sebentar.

Tapi kembali lagi ke individunya. Bahwa tidak semua isi kepala kita sama, dan tidak semua sifat orang sama pula. Jadi kembali kepada cinta lama itu adalah pilihan. Pilihan untuk hidup dengan dibayangi kekhawatiran dan krisis kepercayaan, atau lebih baik memulai hubungan baru yang akan lebih terasa nyaman. Tinggal bagaimana kita tidak jatuh pada lobang yang sama saja. Yak ... begitu!

***
 

Senin, 01 September 2014

Perjuangkan Cintamu

Wanita adalah makhluk SENSITIF (Plis underline and bold that word!)

Walopun nggak semua wanita juga sih, tapi 99,99% wanita adalah makhluk yang punya gengsi gede buat minta maaf duluan ke pasangannya walopun dia yang salah ... he. Banyak juga yang bilang kalo jalan pikiran wanita kadang susah dimengerti (padahal itu sebenarnya cuma pemikiran pasangan yang nggak peka). Laki-laki kadang berpikir segala sesuatunya harus dibicarakan secara gamblang tentang segala hal mengenai hubungan satu sama lain. Sedangkan si wanita menginginkan si laki-laki mempunyai inisiatif sendiri sebagai bukti seberapa besar rasa cinta yang dimiliki pasangannya tersebut.

Yap, sedikit kompleks memang. Sebenarnya kalau salah satu mau mengalah dan nggak pada ngegedein ego, segala sesuatu bisa diselesaikan baik-baik tanpa harus mengambil jalan pintas dan berpikir berpisah adalah keputusan terbaik karena merasa sudah tak ada solusi lagi. Sebenarnya ini hanya masalah seberapa besar kemauan salah satu pasangan untuk memperjuangkan cinta mereka agar hubungan tetap bertahan dalam keadaan apa pun. Tapi masalahnya ... jika hanya satu pihak yang terus mengalah dan berkorban serta selalu pengertian, sementara si pasangan selalu tak peduli dan meremehkan serta menganggap hubungan itu tak penting, so? apa lagi yang harus dipertahankan?

Memperjuangkan cinta bagi seorang wanita adalah bukti nyata keseriusan sebuah hubungan. Jika sang lelaki tak mempunyai kepekaan atau hanya omdo dan no acting, tak salah bila si wanita akan berpikir bahwa si lelaki tak serius dengan hubungan yang dijalani. Siapa sih yang nggak mau ngerasain cinta yang nyata? Nggak sekadar kata-kata tanpa bukti nyata. Kalau sudah begini ... kok saya jadi pengin nyanyiin lagunya Pink yang judulnya Most Girl ya ... hihihi.

Most girls want a man with the bling bling
Got my own thing, got the ching ching
I just want real love
Most girls want a man with the mean green
Don't wanna dance if he can't be
Everything that I dream of
A man that understands real love