Sabtu, 27 Februari 2016

Lagi Pengin Teriak



Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrggghhhhh.







Lega.

Jumat, 19 Februari 2016

Soliloquy




Hidup tidak hanya tentang kamu, Cinta
Ada Cita yang juga harus dikejar
Tapi percayalah, ini demi kita
Yang pasti, kamu melengkapiku, Cinta


Senin, 15 Februari 2016

Imprint



Kamu percaya sama yang namanya imprint? Apa manusia biasa di dunia nyata bisa melakukan imprint?

Istilah imprint saya dapat dari film favorit saya, Twilight, pada seri Breaking Dawn part 2. Saat Jacob meng-imprint Renesmee. Seketika muncul keinginan absurd di benak saya, seandainya saya mampu meng-imprint seseorang, siapakah yang akan saya imprint?

Imprint adalah suatu perasaan sayang seseorang yang tiba-tiba muncul sejak pertemuan pertama, namun langsung yakin kalau orang itu adalah belahan jiwanya. Sayangnya, imprint ini cuma ada di novelnya Stephenie Meyer yang di filmkan, Twilight. Seandainya di dunia nyata setiap manusia dianugerahi untuk bisa melakukan imprint, pastilah tak akan ada pasangan yang berpisah, bercerai atau berselingkuh...he.

Karena orang yang di-imprint adalah belahan jiwanya, jodoh matinya. Sudah pasti tidak akan pindah ke lain hati lagi, tidak akan berpaling lagi, tidak akan tergoda oleh siapa pun walaupun menemukan orang yang lebih sempurna dari pasangannya. Ya Tuhan, kenapa imprint cuma ada di film aja sih?

Coba seandainya setiap kita bisa melakukan imprint, pasti akan damai dunia percintaan. Tidak ada yang merasa was-was melepas pasangan jauh dari pandangan mata, tidak ada perasaan takut kehilangan dan tidak ada kegalauan. Dunia percintaan bisa adem ayem selalu. Ah, seandainya ...

Di dunia nyata, imprint lebih dikenal dengan istilah jatuh cinta pada pandangan pertama dan berjodoh. Sayangnya, pada pandangan pertama sulit dibedakan mana yang benar-benar jatuh cinta atau hanya sekadar nafsu. Hanya waktu yang bisa membuktikannya. Mampu menerima kekurangan pasangan dan menerima apa adanya, itulah cinta. Jika nafsu, biasanya banyak tuntutan dan akan menghilang jika sudah bosan atau telah menemukan yang lebih baik. Namanya juga manusia, tidak pernah ada puasnya.

Kembali ke pertanyaan absurd saya tadi. Jika saya bisa meng-imprint seseorang, siapa ya yang akan saya imprint. Nggg ... siapa yaaa? 

*Yang merasa peka silakan langsung japri, hahahahaha.   



 

Selasa, 09 Februari 2016

Terkenal tapi Nggak dikenal




Siapa sih yang nggak pengin jadi orang terkenal? Diketahui publik dengan reputasi mencuat. Rata-rata penduduk Indonesia sudah terkena demam publisitas diri. Mulai dari bayi yang di-eksiskan oleh ortunya di media sosial, hingga lansia yang masih suka pamer selfi. Fenomenal meng-eksiskan diri sudah jadi hal yang lumrah di semua kalangan. Sepertinya ada kebanggaan tersendiri jika bisa dikenal banyak orang. Walopun yang ngenalin cuma teman dari temannya teman yang berteman di akun media sosial. Yang penting judulnya terkenal.

Eit, tunggu dulu. Ternyata nggak semua orang gila publikasi diri. Yang saya tahu dari Mbah Google, ada dua orang penulis dari sekian yang justru di saat kariernya sedang booming, mereka malah bertapa di goa antah berantah dan menghilang dari peradaban. Yang diketahui hanya hasil karyanya yang terus eksis, tapi orangnya entah berada di mana bahkan penampakan wajahnya pun tidak ada.

Siapa sih yang nggak kenal Ilana Tan dan Hoeda Manis? Kalo masih ada di antara kalian yang baca tulisan ini dan bingung dengan pertanyaan saya tadi, berarti Ilana Tan dan Hoeda Manis benar-benar sukses menyembunyikan identitas dirinya, hahaha.

Saya nggak akan bahas tentang apa saja hasil karya sosok Ilatan Tan dan Hoeda Manis. Biar kalian penasaran dan cari-cari sendiri tentang mereka. Tapi buat para penulis, jika Anda tak tahu beliau, layaklah Anda terus tersisih (copas kalimat Pak Edi Akhiles, hihihi)

Jadi, bagi beberapa orang, ternyata publisitas diri itu nggak terlalu penting. Yang lebih penting adalah bagaimana membuat karya sebaik mungkin agar bisa terkenal tanpa dikenal. Jadi ingat kejadian di asrama Kampus Fiksi kemarin, gara-gara bahas masalah beginian, kami sekamar jadi saling curiga satu sama lain, jangan-jangan di antara kami adalah Ilana Tan yang sedang boring dan iseng menyamar jadi peserta Kampus Fiksi. Ternyata seru juga ya jadi orang terkenal yang nggak dikenal.