Kamis, 26 Juli 2012

Kesempurnaan sebuah ketulusan




Alkisah seorang pria dan kekasihnya menikah dan acara pernikahannya sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan. Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan mempelai pria dalam  tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.

Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, "Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah, tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan," katanya sambil menyodorkan majalah tersebut. "Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita, kemudian kita akan membahas bagaimana mengubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia". Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik, sebab hal tersebut untuk kebaikan mereka bersama.

Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing. Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya. "Aku akan mulai duluan ya," kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman. Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak ia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa air mata suaminya mulai mengalir. "Maaf, apakah aku harus berhenti?" tanyanya. "Oh tidak, lanjutkan" jawab suaminya. Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis di atas meja dan berkata dengan bahagia... " Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu".

Dengan suara perlahan, suaminya berkata... "Aku tidak mencatat sesuatu pun di  kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna dan aku tidak ingin mengubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri, engkau cantik dan baik bagiku, tidak satu pun dari pribadimu kudapatkan kurang".

Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya. Ia menunduk dan menangis.

Pesan moral : 

Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depresi dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan. Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal yang indah di sekeliling kita? Kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk.

Cinta tak pernah memandang kekurangan orang yang kita sayangi dan kita cintai. Cinta hanya akan membawa kebahagiaan dan saling berbagi untuk memahami kekurangan masing-masing mencintai dengan apa adanya. Cinta tak pernah menyakiti, yang sebenarnya adalah menambah kedewasaan dan cara berpikir kita untuk memandang hidup sebagai kasih karunia Tuhan yang terbaik.


Cintailah semua makhluk dengan harapan semua berbahagia.


14 komentar:

  1. Balasan
    1. salam kenal juga ya opick, tks udah mampir ke sini

      Hapus
  2. masukan buat saya nih.

    besok kalo dah punya istri biar saya lakuin tips nya.

    sapa tau langsung klepek2 ntar istrinya.
    hehehe

    BalasHapus
  3. Yupz, jika ada sisi baik kenapa kita selalu memikirkan hal-hal buruk. Bukankah diri kita juga ada kekurangan disamping kelebihan?

    salam kenal dari Jember Mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga ya mas Akbar, jgn bosan2 berkunjung ke sini ya

      Hapus
  4. Inspirasi yang bagus banget mbak...senang sekali bisa membacanya

    Itu namanya suami yang berkarisma, bijak dan dewasa

    BalasHapus
  5. Mantabh... sederhana tapi mengena... :D
    Ijin share ya... ^^

    BalasHapus
  6. mantap artikelnya saya suka ne

    BalasHapus