Selasa, 05 Agustus 2014

Awet Rajet

Pernah dengar istilah "Awet Rajet"? Mempertahankan rumah tangga yang penuh dengan perselisihan dan ketidakcocokan. Biasanya alasan bertahan hanya satu, anak! Tapi bila sudah berusaha mempertahankan mati-matian, tapi tak kunjung menemukan solusi untuk menciptakan pernikahan yang sakinah mawadah warahmah, apa lagi yang harus dipertahankan?

Untuk hal paling kecil, pasangan tak lagi bisa diajak kerja sama. Pasangan tak lagi bisa menjadi tempat berbagi yang nyaman. Pasangan tak lagi menjadi sosok yang diinginkan, itu yang paling fatal. Masalahnya mungkin bukan karena adanya orang ketiga. Bisa jadi karena merasa hidup sangat tak berarti bila masih mempertahankan pernikahan yang tak mendatangkan keberkahan dalam hidup. Lebih banyak mudarat daripada manfaat, apa masih pantas dipertahankan?

Kebanyakan orang awam yang mampu bertahan dalam pernikahan yang tak membuahkan kebahagiaan, semata karena memegang teguh idealisme monogami. Berusaha menutupi rasa sakit dan mati-matian menjelma sosok munafik yang selalu memakai topeng dan hidup dalam kamuflase bullshit. Patut diacungkan jempol sosok yang seperti itu, tapi dengan catatan ... dia adalah sosok setia! Setia yang benar-benar bertahan dengan kebobrokan pernikahan tanpa berusaha mencari pelarian di belakang pasangan.

Di zaman sekarang, masih adakah sosok seperti itu? Hmmm ... kalau ada, dia adalah makhluk Tuhan paling sempurna. Yang mempunyai jiwa besar dan memahami ilmu ikhlas dengan sebenar-benarnya.

Pada dasarnya menjalani pernikahan yang awet rajet merupakan pilihan. Pilihan untuk mampu menderita dan hidup dalam tekanan batin tiada habisnya. Ya ... hidup itu memang pilihan, walau tak memilih pun juga adalah sebuah pilihan. Tapi pada akhirnya, proses hidup tetap harus memilih.

***


"Hari berganti, waktu bergulir, tanpa menunggu kesiapanmu menjalani takdir." 
—Poet—

6 komentar:

  1. saya punya cewek kyk gitu.
    tp udah nikah sama cowoknya :D

    BalasHapus
  2. Saya bgt ini mbak, 6 tahun menjalani pernikahan awet rajet, bertahan namun tersakiti, sudah berkali2 mencoba pergi tp tetap saja kembali lagi 😢😢😢

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan terlalu memaksakan diri, Mbak. Kalau memang masih kuat bertahan, semoga diberikan keikhlasan dan kekuatan hati ya, Mbak.

      Hapus
  3. Ternyata pernikahan saya termasuk awet rajet..demi anak saya hadapi. Sedikit gak senang suami mendiamkan saya dan anak berhari2 bahkan pernah mendiamkan saya berbulan2. Sebelumnya saya selalu mulai komunikasi duluan, akhirnya saya menyerah untuk memulai komunikasi krn saya tau akhirnya pasti akan terulang lagi didiamkan oleh suami. Saya sedih dengan situasi ini apalagi anak saya sdh tambah besar. Saya hanya berharap anak saya bisa tetap belajar sampai selesai kuliah kmd bekerja dan mencari jodoh yg selalu sayang pada nya dan sehat serta hidup bahagia, amin

    BalasHapus