Jumat, 27 September 2013

Kebutuhan atau Keinginan? Pilih mana?


Terkadang dalam kehidupan, manusia pasti selalu mempunyai banyak keinginan. Dari setiap keinginan, ada yang terwujud ada pula yang ditangguhkan bahkan tidak dikabulkan oleh-Nya. Apa yang salah jika Allah tidak segera mengijabah doa-doa kita?

Pertanyaan seperti itu terkadang menimbulkan pikiran negatif dan kesan mengeluh serta berburuk sangka kepada Allah. Padahal ada banyak sekali alasan mengapa yang kita inginkan tidak semuanya dikabulkan. Untuk alasan yang paling logis mungkin bisa kita ambil dari berbagai kisah inspiratif. 

Terkadang saya berpikir seperti ini ..., apa yang kita keluarkan itulah yang akan kita dapatkan. Kita semai benih kebaikan kita pun akan menuai kebaikan. Pun sebaliknya. Lalu? Mengapa masih meragukan pertolongan Allah? Seharusnya kita instrospeksi diri jika apa yang kita dapatkan tak pernah sesuai dengan daftar doa kita.


Saya punya satu pengalaman unik baru-baru ini. Terbilang unik, karena saya berspekulasi dengan yang namanya keinginan. Saya mempunyai satu keinginan, katakanlah mimpi untuk bisa mengeksistensikan diri ke dunia literasi tak hanya di dunia maya. Saya ingin terjun langsung ke dunia nyata, berinteraksi, kopi darat dengan para penulis senior dan teman-teman sesama penulis yang selama ini hanya bisa saya dengar suaranya atau paling banter berkomunikasi lewat sosial media.

Sepertinya Allah sedang berbaik hati mengabulkan doa saya. Tapi tunggu ..., saya sempat dibuat was was dan sport jantung sebelum akhirnya sekarang bisa bernapas lega. Tahun lalu, saya down mendapati bahwa saya sepertinya tidak mendapat kesempatan untuk merealisasikan keinginan saya untuk bergabung di acara Ubud Writers & Readers Festival. UWRF merupakan one of the six best literary festival in the world, penulis mana yang tidak ingin menghadiri acara tersebut. Hanya diselenggarakan setahun sekali dan bertemu dengan banyak penulis dari penjuru dunia.

Tapi melihat itu bukanlah acara kacangan dan butuh biaya tidak sedikit untuk mencapai ke sana (kecuali untuk penulis yang beruntung memenangkan hadiah sebagai penulis undangan terpilih). Berhubung saya adalah peserta umum yang harus menanggung semua biaya akomodasi dan transportasi sendiri, sedikit merasa berat setelah saya memperhitungkan bajet yang harus saya keluarkan. Minimal lima juta harus saya pegang itu pun (mungkin) ngegembel abis alias tidak bisa mendapat fasilitas kelas atas selama homestay di sana.

Karena tekad saya yang kuat untuk menghadiri acara tersebut, saya yakin Allah pasti akan mengijabah doa saya. Selama beberapa bulan saya tak putus dari Dhuha, Tahajud dan Hajat setelah menjalankan sholat wajib dan Rawatibnya. Tak pernah bolong sekali pun, karena niat yang begitu kuat dan hanya mengharap dan mengemis kepada Allah untuk diberikan rezeki agar bisa menghadiri UWRF bulan depan.

Subhanallah ... Saya telah membuktikan yang namanya kekuatan pikiran, mimpi dan keyakinan doa. Bulan lalu saya dikonfirmasi kalau saya diterima sebagai salah satu volunteers UWRF. Bukan main senangnya, satu permasalahan saya teratasi, mengingat harga tiket masuk festival yang ratusan ribu hingga jutaan rupiah itu telah mengurangi bajet pengeluaran saya. Lumayan karena volunteers mendapat fasilitas dan makan juga yang pasti gratis masuk ke berbagai acara (kecuali spesial event). Dan Alhamdulillahnya lagi, saya ditugaskan sebagai salah satu volunteers untuk spesial event dan book launch di sana. Saya pun bernapas lega ... (walaupun bukan kebagian event-nya Mbak Dee ... hiks). It's ok, pasti ada seribu cara menyusup ke sana tanpa biaya ... he.

Permasalahannya tinggal di transportasi dan akomodasi. Untungnya di grup volunteers saya menemukan banyak teman yang saling bertukar informasi. Jadilah mendapatkan penginapan dengan harga paling terjangkau. Tinggal tiket pesawat ... Subhanallah, lagi-lagi pertolongan Allah selalu datang. Saat dolar yang tidak stabil saat ini membuat harga tiket pesawat ikut menggila, ditambah waktunya bertepatan dengan diselenggarakannya Miss World dan KTT APEC di Bali, belum lagi menjelang Idul Adha yang membuat harga tiket pesawat melambung tinggi. Tiba-tiba seorang teman menawarkan bantuannya, kebetulan sekali dia sedang mendapat promo diskon di kartu kreditnya, akhirnyaaaa ... tiket pesawat dengan biaya termurah di tangan sudah. Setelah dihitung-hitung semua pengeluaran akhirnya membuatku bisa tersenyum lega dan semakin semangat menuju ke sana.

Itu hanya salah satu dari keinginanku yang Allah penuhi dengan kebutuhan. Ya ... Allah memang tidak memberikan sepenuhnya apa yang aku inginkan, tapi Dia telah memenuhi apa yang aku butuhkan. Tiket, penginapan, uang saku dan waktu luang selama seminggu untuk bisa menjadi bagian dari acara tersebut. Dan karena pengalaman pribadi ini, saya semakin yakin, bukan mustahil Allah akan mengijabah setiap doa bagi hamba-Nya yang mau berusaha, pantang menyerah, tak kenal kata putus asa dan jangan mengeluh jika menghadapi cobaan hidup. Teruslah membersihkan hati, agar bisa tercapai semua mimpimu.



2 komentar:

  1. makasih mbak artikel'a
    betul nih kita harus mementingkan kebutuhan dibandingkan dengan keinginan kita.. :D
    back ya mbak
    http://ikubarunovryan.blogspot.com/2013/10/kebutuhan-dan-keinginan.html

    BalasHapus
  2. cerita ini mengingatkanku kepada kisah masa lalu :'( tapi sayang dia sekarang sudah tiada... ya allah sedih banget sii

    BalasHapus