Sabtu, 07 Desember 2013

Review Film Cinta yang Dirahasiakan



Judul Film                : Cinta yang Dirahasiakan
Judul Review            : Menjadi Diri Sendiri Tanpa Diskriminasi
Durasi                      : 44 menit 36 detik
Eksekutif Produser   : Denny JA
Produser                  : -    Hanung Bramantyo
                                 -       Rudi Setiawan
                                 -       Ardi Kurniawan
Sutradara                  : Rahabi M.A
Penulis Naskah          : Rahabi M.A berdasarkan puisi esai Denny JA
Editor                        : Wawan I. Wibowo
Narator                     : Tio Pakusadewo
Pemain Utama             :  -    Rizal Syahdan sebagai Amir
-       Zack Nasution sebagai Bambang
-       Marsya S. Adiyuta sebagai Sarinah
-       Dini Vitri sebagai Ibu Amir
-       Hefri sebagai Hendro


Menjadi Diri Sendiri Tanpa Diskriminasi

Tahu luar itu gampang, tahu dalam yang penting!
—Kutipan Sarinah—

Ringkasan film Cinta yang Dirahasiakan:
            Amir dan Bambang, sepasang sahabat yang saling jatuh cinta. Cinta sesama jenis yang biasa disebut homo seksual. Amir yang menyadari kelainan tersebut, berusaha sekuat tenaga untuk menampik kenyataan bahwa dirinya adalah seorang homo. Namun, betapa pun ia menolak hasrat menyukai sesama jenis yang mengalir dalam darahnya, ia tak pernah mampu untuk mengobati kelainannya tersebut. Padahal Amir sangat taat ibadah, rajin salat dan mengerti agama, juga takut akan azab Allah. Amir tak pernah menyerah menjalankan ajaran agama, dan berusaha sekuat tenaga untuk menjadi laki-laki normal.
            Berbeda dengan Amir, Bambang yang juga seorang homo tidak pernah menyangkal kelainan yang dideritanya. Bambang berani mengakui bahwa dirinya seorang gay, walaupun hanya ditunjukkan kepada komunitasnya saja. Bambang seperti tidak berusaha untuk mengubah dirinya menjadi laki-laki normal yang seharusnya menyukai lawan jenis. Tidak seperti Amir yang terus berjuang melawan takdirnya sebagai homo, demi membahagiakan ibunya tercinta. Amir sangat tidak ingin melukai perasaan ibunya. Walaupun sebenarnya ibunya tahu dan sudah curiga sejak lama, akan kelainan yang diderita anaknya tersebut. Namun ibunya percaya, yang namanya takdir masih bisa diubah dengan doa dan usaha. Apalagi doa seorang ibu menjelang kematiannya.
            Bambang adalah kekasih Amir yang cukup bijaksana. Bambang memang mencintai Amir, namun tidak ingin mengekang kehidupan Amir.
            “Aku kekasihmu, bukan penghalang hidupmu,” ucap Bambang kepada Amir.
           Bambang mengagumi tokoh Batman, menurutnya sosok Batman itu pemberani. Alasan mengapa Bambang menyukai Batman karena dia merasa figur Batman seperti dirinya. Seorang jagoan yang berani berbeda, dan keras prinsip hidupnya. Tidak seperti Amir yang peragu, goyah pendiriannya selalu. Itulah sebabnya Bambang menggambarkan Amir sebagai sosok Robin, sahabat Batman.
            “Dalam hidup jangan bertindak setengah-setengah. Apa pun yang kaupilih, lakukan dengan hati penuh, seluruh…,” ujar Bambang, selalu berusaha menasihati Amir agar tidak ragu dengan pilihan hidupnya. Bambang bukan seorang yang munafik, karena menurutnya menampik kenyataan hanya menambah rasa nyeri di hati.
            Namun Amir tetap memaksakan diri, untuk berjuang hidup di jalan yang lurus. Hanya untuk menyenangkan hati ibunya, ia menikahi perempuan pilihan ibunya. Padahal ia sudah berusaha mendekati Sarinah, teman semasa sekolahnya yang ia ketahui kalau Sarinah menyukainya. Namun tetap tak dirasakannya getaran hasrat, senormalnya terhadap lawan jenis. Ia hanya merasa bahagia dan bisa ceria bila ada seorang Bambang disisinya. Yang ada di pikirannya tetap Bambang, Bambang dan Bambang seorang.
            Hingga akhirnya Amir menyadari dan menyesali pilihan hidupnya. Namun di saat ia sudah mengakui takdir dirinya bahwa ia adalah homo sejati, dan mencari Bambang untuk bersatu lagi seperti sebelum ia menikahi perempuan pilihan ibunya, Bambang telah menghilang dari kehidupannya. Bambang menjadi aktivis gay seperti Hendro—teman komunitas gay-nya— dan menikah dengan laki-laki lain di luar negeri. Sungguh tragis nasib Amir yang hidupnya penuh keragu-raguan itu. Yang pada akhirnya membawanya kepada sesal, ia sesali hidupnya sendiri.
***
Review film Cinta yang Dirahasiakan:      
Kisah yang fenomenal tentang cinta sesama jenis ini, sudah bukan hal yang pantas untuk didiskriminasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Walaupun masih tabu untuk berlaku di Indonesia, namun setiap manusia berhak mempunyai persamaan pilihan hidup yang merdeka. Jika ditilik dari sudut pandang agama, memang tidak ada benarnya. Namun apa mau dikata, insting alami yang sudah bawaan sejak lahir itu sangat sulit untuk ditampik. Karena kelainan homo seksual itu bisa merupakan bawaan sejak bayi, genetika sejak lahir.
            Banyak yang menyinggung kalau homo itu adalah sebuah penyimpangan dan cacat moral. Namun bicara soal moral, moral baik dan buruk itu hanya suatu tindakan yang bisa dipilih. Belum tentu manusia yang normal dan bukan kaum gay bisa dijamin sangat bermoral dan berakhlak baik. Setiap manusia mempunyai hak yang sama di mata hukum. Dalam film ini menggambarkan bahwa hak individu untuk menjadi lesbian, gay, biseksual dan transgender adalah pilihan bebas yang dilindungi oleh prinsip hak asasi manusia.
            Dalam suatu adegan di film ini, dijelaskan juga gambaran tentang haramnya menjalin hubungan sesama jenis. Dengan penjelasan Quran tentang kisah Nabi Luth yang mengangkat surah Asy Syu’araa’ ayat 165 dan 166 untuk memperkuat dalilnya. Sungguh film dengan penggambaran dan penjelasan detail yang sangat seimbang, untuk membuat penontonnya lebih bijak dalam berpikir, serta menilai dari sisi mana seharusnya mengambil tindakan untuk menyikapi tentang kaum gay ini.
            Pesan moral yang tersirat di film ini, bahwa selayaknya kaum gay juga mendapatkan pengakuan dan perlindungan dari masyarakat Indonesia. Kaum gay tidak meminta lebih, cuma satu … dianggap sebagai manusia saja, sama seperti manusia-manusia yang lain.

Be your self! Nothing impossible!
—Kutipan Hendro— 

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar