Rabu, 08 Januari 2014

Mempelajari Cinta, Perlukah?

Kemarin twitter saya di follow satu akun yang tidak saya kenal. Biasanya saya cuek aja, coz nggak begitu hobi nge-twit. Nggak ada yang menarik pada awalnya, sampai saya sadar kalau yang follow saya itu ternyata seorang psikiater. Dan yang bikin saya tertarik, saat saya ngeh kalau dia mengelola sebuah website yang isinya mengenai berbagai pelajaran tentang cinta. Sepertinya orang ini mentor, guru, psikolog atau motivator spesialis cinta deh kayaknya ... he.

Saya sempat bertanya-tanya, dan pertanyaan saya ternyata ada di salah satu judul artikel yang tertera di website tersebut. Perlu nggak sih mempelajari yang namanya cinta? Tapi kalo nggak perlu kok sampe ada orang yang mendirikan sekolah cinta yang biayanya lumayan lhoo. Cinta aja sampe ada sekolahnya, wew ...

Saking penasarannya, saya baca semua artikel di website tersebut. Setelah saya cerna, teliti dan mengamati isi tulisannya, serta program-program kelas yang ditawarkan, ternyata cukup masuk akal juga. Nggak heran kalau orang itu berani pasang tarif jutaan hanya untuk biaya seminar, workshop dan konseling tentang ... CINTA. Untuk orang awam mungkin akan berpikir dua rakaat sebelum mendaftar kelas tersebut. Pasti Anda akan berpikir ... apa sih yang mesti dipelajari dari cinta?

Cinta, anak kecil juga udah pada ngerti kale! Yups, itu pemikiran sebagian orang yang nggak pernah ngerasain bermasalah sama yang namanya cinta. Kalo pelajaran tentang cinta nggak penting, kenapa sampe ada orang yang trauma bahkan sampe bunuh diri karena cinta? Nah lho? Ada yang mau menyangkal lagi kalo pelajaran tentang cinta itu nggak penting?

Kalo menurut saya pribadi sih cinta itu sebenarnya yang bikin awet adalah komunikasi yang baik dan take en give sama pasangan, cuma itu aja kok. Saling mengerti dan harus ada yang mau mengalah dengan perbedaan. Yang namanya masalah pasti ada, apalagi buat yang sudah berumah tangga. Masalah ekonomi, anak, keluarga, itu merupakan hal yang wajar, tinggal bagaimana kita menyikapinya dengan kesabaran, lapang dada, pikiran terbuka dan saling menerima.

Yang bikin gawat sebenarnya kalau salah satu pasangan nggak bisa diajak kerjasama, mementingkan ego dan selalu merasa benar sendiri. Itu yang biasanya menimbulkan perpecahan suatu hubungan. Sebenarnya simpel aja sih, asal kita sama-sama tahu keinginan pasangan dan mau mewujudkannya, semuanya akan berjalan lancar, itu aja kok. Jangan pernah membatasi privacy dan 'me time' pasangan, itu yang terpenting. Memiliki bukan berarti bisa seenaknya menggenggam, karena nggak semua orang mau diatur-atur dan disetir seenaknya. Justru dengan memberikan kebebasan bersyarat maka pasangan akan berpikir untuk bertanggung jawab.

Kesetiaan itu akan kita dapatkan tergantung bagaimana kita bisa memuaskan pasangan. Kalau pasangan kita puas dengan apa adanya kita, nggak bakalan dia cari pelarian lagi. Itulah pentingnya komunikasi dan saling mengerti keinginan pasangan satu sama lain. Jangan pernah menilai seseorang dari penampilan luarnya dan dari perilaku sosialitasnya, karena itu tidak menjamin bagaimana sifat asli orang tersebut. Orang yang kelihatan kalem dan tertutup belum tentu tidak bisa menjadi liar, pun sebaliknya.

Cinta memang suatu hal yang selalu menarik untuk dibahas. Dan ternyata suatu hal yang menarik juga untuk dipelajari, karena cinta itu penyemangat hidup. Jangan pernah menampik kalau hidup hampa tanpa cinta. Karena efek dari kehilangan rasa cinta itu besar pengaruhnya. Bisa bikin bad mood, galau, patah hati bahkan sampe bunuh diri ... hiiiyy. Dan tak sedikit orang yang bisa bangkit karena cinta. Jadi ingat lagunya Delon ...

Dan bila aku berdiri tegar sampai hari ini
Bukan karena kuat dan hebatku
Semua karena cinta, semua karena cinta ...
Tak mampu diriku dapat berdiri tegar, terima kasih cinta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar