Jumat, 07 September 2012

Kisah Sebuah Batu Kusam


Suatu ketika seorang pengrajin batu berjalan di gunung yang sangat gersang dan melihat seonggok batu dengan warna cokelat kusam yang telah diselimuti oleh lumut dan penampakan luarnya relatif lapuk. Kemudian dengan sekuat tenaga sang pengrajin tersebut mengayunkan godamnya mengenai batu hingga mendapatkan bongkahan batu sebesar kepala dan mulai terlihat warna asli dari batu tersebut adalah putih.

Dibawanya batu itu ke rumahnya, dipotongnya dengan menggunakan gerinda, hingga percikan api hasil gesekan dengan batu itu sesekali terlihat. Dihaluskannya permukaannya yang kasar dari batu tersebut dan dipoles. 

Siang dan malam ia berusaha membuat sebentuk batu penghias cincin, dari warna batu yang putih dan kasar berangsur-angsur menjadi putih yang mengkilap dan licin. Pengrajin tersebut tahu betul kesempurnaan bentuk   sebuah batu penghias cincin. Akhirnya terciptalah sebuah batu yang bernilai.

Renungan :

Sebenarnya alam memberikan berbagai pelajaran buat kita. Kita adalah sebongkah batu, kondisi lapuk, berlumut dan rapuh adalah kondisi kita yang tidak mampu melawan cobaan. Pukulan godam, gesekan gerinda, percikan api, polesan amplas adalah gambaran dari cobaan yang datang untuk menempa kita.

Terkadang kita menolak cobaan yang datang, tetapi sebenarnya cobaan tersebut adalah sarana yang datang dari Sang Pencipta untuk membentuk kepribadian kita sehingga kita bisa terlihat bersinar.

Sekarang mari kita pikirkan, dimanakah posisi kita? Apakah kita seonggok batu yang tidak berharga? Ataukah kita seonggok batu yang sedang mengalami proses  menjadi sebuah batu penghias cincin yang memiliki nilai yang mahal?


32 komentar:

  1. Sungguh sangat menginspirasi ...... terimakasih pencerahannya ya ... 1+ buat google kamu

    BalasHapus
  2. sama dengan kometar sebelumnya "INSPIRATIF"..

    cobaan bisa dijdikan tolak ukur kita dalam menghadapi hdup... bnr gk sih mbak???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yups bener banget, alam memang mengajarkan kita banyak hal.

      Hapus
  3. maka, mari kita berproses dalam gesek kehidupan ini ya mbak.

    BalasHapus
  4. Kalo kata orang bijak, "When you lose don't lose the lesson", hehehe

    BalasHapus
  5. jalan pagi...salam kenal mbk mel,inspirasi yang menyejukkan di pagi ini.... :D

    BalasHapus
  6. Kayu kasar pun jika diamplas bisa halus dan indah jadinya. Hanya saja sering kali proses pengamplasan itu dianggap sangat menyakitkan, sehingga cenderung dihindari. Akhirnya kayu itu pun jadi begitu-begitu saja, tanpa ada peningkatan kualitas.
    Semoga kita tak menjadi seperti kayu yang tetap kasar, atau batu yang terus kusam :)

    BalasHapus
  7. kisah yang sangat penuh dengan motivasi...terimakasih sudah berbagi sobat :)

    BalasHapus
  8. binun mo komen apa, cuma mo ksi tau, link udh di folo ya neng, makaci udh mampir di laman godeksfam. muaaachh

    BalasHapus
  9. pilih batu yang tidak teronggok, tapi batu tajam yang bisa dilempar ke langit dan keliatan kilaunya. nah, batu apa tuh.

    BalasHapus
  10. Batu-batu
    ada-ada aja si batu nih.
    pengrajin yang hebat bisa mengukir cincin, pesan satu ya mbak Mel ara.
    :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, bisa ajah mas ahmad nih, tks ya udah mampir

      Hapus
  11. jalan-jalan siang sambil membaca artikel ..
    selamat siang :)

    BalasHapus