Senin, 01 Juli 2013

Tentang Kebahagiaan yang Hampa

Kurasa itulah yang membedakan senja dengan 'semua hal yang ada di dunia ini'. Amatlah mudah berpisah dengan sesuatu yang kautahu akan kembali lagi keesokan harinya. Tetapi di dunia nyata, setiap hal yang kaulepaskan akan pergi darimu tanpa pernah kembali lagi.

*Novel Semusim, dan Semusim lagi by Andina Dwifatma (hal 42)


Bahagia dan hampa! Dua hal yang saya rasakan di novel ini, persis seperti perasaan saya saat ini ….  #halah

Bagaimana bisa, perasaan bahagia masih terselip ‘hampa’ di dalamnya. Adakah yang bisa mengartikannya?

Ini bukan tentang novelnya Andina Dwifatma yang memenangkan sayembara novel DKJ 2012. Tapi tentang sebuah perasaan yang mengambang dan tak menemukan muara yang tepat sebagai ending sebuah perjalanan. Hanya saja, saya menyukai beberapa kalimat di dalam novel ini.

Kehilangan … ketulusan … berusaha ikhlas melepaskan dan berjuang membujuk hati untuk selalu jujur dan berdamai dengan pikiran dan logika. Apa lagi yang lebih sulit daripada harus menjalani itu semua?

Satu hal yang dapat menghibur diri hanyalah berbagai prosa dan filsuf yang dapat menenangkan hati. Semoga semusim yang akan datang, pencerahan diri akan lebih matang dan lebih siap untuk segala kemungkinan terburuk dalam hidup. #Huft! Absurd



"Aku merasa semusim paling berat dalam hidupku telah terlewati, dan aku siap untuk musim selanjutnya. Lalu mungkin semusim, dan semusim lagi. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku benar-benar bahagia."

*Catatan untuk awal bulan yang mencerahkan hati




2 komentar: