Selasa, 12 Mei 2015

Cerpen untuk Kompetisi Menulis Cerpen dari Tiket.com dan nulisbuku.com #FriendshipNeverEnds #TiketBelitungGratis


From Socmed Becomes Roommate
Oleh : Mel A.



            Aku mengenalnya melalui dunia maya. Namanya Puput Palipuring Tyas. Seperti namanya, gadis itu memang jagonya menjadi pelipur lara, kerap menghiburku dalam segala suasana. Chemistry seolah telah ditakdirkan untuk menyatukan persahabatan kami. Walaupun persahabatan yang kami jalani melalui long distance friendship, tapi kami sudah seperti prangko dan amplopnya.
            Berawal dari sebuah e-mail yang kuterima darinya, yang isinya memberitahukan bahwa ia telah mengikuti event launching novel perdanaku. Tak disangka, ternyata Puput juga seorang penulis yang bahkan lebih matang di dunia kepenulisan dibanding aku. Entah kebetulan atau memang sudah skenario Tuhan, kami seperti sudah diperjodohkan untuk menjadi sepasang sahabat yang selalu mempunyai alur kisah kehidupan yang nyaris sama.
            Aku dan Puput memang penghayal, namanya juga penulis. Kami membuat banyak sekali rencana dan berusaha mewujudkan impian kami bersama-sama. Kami yang penggila travelling ini membuat banyak sekali daftar tempat yang harus kami kunjungi di setiap kopi darat kami nanti. Aku dan Puput juga penggila sastra, UWRF (Ubud Writers and Readers Festival) adalah impian pertama kami untuk mewujudkan pertemuan pertama di dunia nyata.
            “Put, kita harus jadi bagian dari UWRF.”
            “Setuju, Kak. Mari mulai menyusun agenda impian kita.”
            Usiaku dan Puput memang terpaut jauh, hampir sepuluh tahun selisihnya. Tapi kami seolah tak menemukan sedikitpun perbedaan usia. Kami sama-sama percaya, bahwa apa yang kami tuliskan untuk merancang impian disertai keyakinan yang kuat, itulah yang akan kami alami di masa yang akan datang. Aku dan Puput selalu yakin, suatu saat nanti pasti semua impian yang kami buat akan menjadi nyata.
***
            Skenario Tuhan memang sangat indah, sepertinya Dia sungguh merestui persahabatanku dan Puput. Apapun yang kami rencanakan selalu bisa terwujud. Termasuk menjadi bagian dari kemegahan pesta UWRF, yang berhasil mempertemukanku dan Puput untuk pertama kali di dunia nyata. Di bandara Ngurah Rai, adegan dramatis pertemuan dua sahabat pun terjadi. Pelukan erat dan tangisan bahagia mengawali petualanganku dan Puput di Pulau Dewata ini.
            “Wah, perjuangan kita luar biasa ya, Kak.”
            From socmed becomes roommate nih ceritanya kita.”
            Sungguh dream come true, hampir satu tahun kami merancang impian untuk bisa bertemu di dunia nyata. Berbagai aral yang sempat merintang pun dengan sangat ringan kami hadapi bersama. Keberuntungan seolah selalu menyertai dalam perwujudan impian kami. Aku dan Puput menghabiskan lima hari di Ubud dengan mengikuti acara festival para penggiat sastra dari seluruh penjuru dunia. Sangat bangga bisa berada di antara para penulis terkenal yang sebelumnya hanya bisa kami lihat di layar kaca.
            Our dream come true, Put.”
            We were make it happen, Sist.”
            Puput bagiku seperti sesosok tongkat ajaib, yang mampu mewujudkan beberapa impian indahku. Sejak mengenalnya, aku bisa berada di tempat yang sebelumnya hanya ada dalam imajinasiku saja. Hanya dengan bim salabim, bersama Puput aku menjelma petualang sejati. Bersama Puput, aku menemukan banyak hal yang luar biasa menjadi penyemangat hidup.
            Selama di Ubud, kami tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyusuri setiap jengkal eksotisnya Pulau Dewata ini. Keindahan panorama alamnya mampu me-refresh otakku yang penat karena keseharian aktivitas monoton di tempat kerja. Saat pagi hari selama di Ubud, kami selalu menyempatkan diri menikmati ritual masyarakat Ubud yang membuat banten untuk diletakkan di depan kediaman mereka. Sungguh adat istiadat yang menarik.
             Acara UWRF merupakan surga bagi para penggiat sastra. Aku dan Puput sangat bersyukur bisa dipertemukan di tempat seindah ini, di tengah euforia acara tahunan yang fenomenal bagi para penulis. Bukan hanya pesona budayanya yang membuat kami takjub, tapi keramahan penduduk lokal setempat menambah betah untuk tinggal lebih lama lagi di sini.
            “Apa lagi impian kita setelah ini, Kak?”
            “Bagaimana dengan Belitung?”
            “Wow, pulaunya Laskar Pelangi. Mari kita mulai menuliskan impian lagi menuju Belitung, Kak.”
            “Tambahin keterangan di buku mimpi kita, kalo ke Belitungnya gratis yaa, hehe.”
            “Bismillah, Kak. Nggak ada yang nggak mungkin asal kita yakin dan berusaha.”
            Persahabatan ini bagai sebuah keajaiban bagi kami. Mampu mewujudkan hal yang mustahil, menyulap mimpi menjelma nyata. Puput yang suka berfilosofi mengumpamakan persahabatan kami seperti handuk, yang selalu bisa menghangatkan, membersihkan kotoran seumpama aib, bahkan mengompres kening di kala sakit. Seperti itulah makna persahabatan bagi kami. Selalu berusaha saling mencintai dan menemani tanpa melihat kondisi. Serta selalu menyimpan rapat setiap curahan hati di antara kami.
            Aku dan Puput yang berjarak dan hanya mengandalkan keberuntungan bila ingin saling bersentuh raga, selalu mengandalkan keyakinan dari impian indah kami untuk berkeliling dunia. Kami telah membuktikannya, berawal dari sosial media hingga akhirnya bertemu dalam sebuah ruangan hangat dan menghabiskan waktu bersama.
Sungguh persahabatan yang indah, tidak hanya dalam makna hubungannya, tapi juga dalam menjalaninya di dunia nyata. Indah karena kami bertekad untuk selalu bisa bertemu di tempat-tempat terindah di penjuru tanah air tercinta ini, hingga penjuru dunia.
***
           


Cerpen ini ditulis dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen dari Tiket.com dan nulisbuku.com #FriendshipNeverEnds #TiketBelitungGratis