"Eksis sih boleh ... tapi nggak harus cari sensasi juga kalee!"
Pengin banget meneriakan kalimat itu setiap kali melihat hal-hal yang nggak lazim. Seperti maraknya para pencari sensasi di televisi belakangan ini. Terkenal karena prestasi dan terkenal gara-gara sensasi pasti beda sekali nilainya. Begitu pun yang terjadi dalam kehidupan sosial kita, baik di dunia nyata maupun maya. Apalagi di sosial media, memang sih ... sosial media itu diciptakan untuk sarang bernarsis-ria, promo, iklan, cuap-cuap sampe curhat. Tapiiii, kok gerah banget ya ngeliat mereka-mereka yang menyalahgunakan media untuk ajang yang tidak semestinya.
Kenapa para manusia itu merasa penting sekali mencuatkan dirinya untuk dikenal. Supaya laku? Hellowww ... Hare gene orang bisa menilai kaleee. Terkenal karena prestasi sama terkenal gara-gara sensasi pasti tetap beda feel-nya. Biasanya orang yang terkenal karena prestasi jarang memublikasikan diri sendiri. Malah seringnya mereka dikenal karena orang lain yang memublitaskan mereka karena fanatisme atau sekadar dompleng popularitas. Yaahh, itu memang tergantung dari sudut pandang masing-masing individu untuk menilai. Penilaian orang tak akan sama, ada yang negatif dan positif. Tapi seringnya kok ya manusia-manusia itu senang mencari sensasi dengan mengadakan kontroversi nggak penting berbau negatifisme. #Ahh, berat kali bahasa kau, Nak
Ternyata Hoeda Manis benar, kebanyakan sesuatu yang bagus dan baik itu biasanya selalu tersembunyi atau pun jarang diketahui kebanyakan orang. Nggak cuma buku aja, bisa jadi informasi yang berguna atau sejenisnya. Memang, yang namanya mutiara walaupun ada di dalam lumpur tetap aja namanya mutiara. Tetap akan berharga pastinya. #yaealaahhh
Jadi intinya, mari hilangkan kebiasaan mencari-cari kesalahan orang yang sekadar untuk eksistensi diri. Kenapa nggak cari hal positif untuk disebarkan dan negatifnya pelajari saja sendiri tanpa harus menghujat dan menjatuhkan dalam menilai sesuatu.
Sepanjang 2013, ada beberapa film Indonesia yang sangat menginspirasi dan menjadi tontonan favoritku sampai detik ini. Saking sukanya, aku sampai membeli DVD-nya untuk disetel di rumah. Ketiga film ini sudah kutonton puluhan kali, tapi herannya aku nggak pernah bosan dan masih kerap kali menitikkan air mata di adegan tertentu. Cuma ada 3 ... ya, cuma 3. Ketiga film ini sangat berkesan bagiku.
1. Rectoverso
Hampir setiap minggu aku memutar ulang film ini untuk kutonton. Kalau lagi suntuk, bad mood, males ngapa-ngapain, pasti penginnya nonton film ini. Ada beberapa kutipan yang sangat aku suka ...
"Kadang-kadang pilihan terbaik adalah menerima, maka semuanya akan baik-baik saja."
"Saya adalah orang yang paling bersedih, karena saya mengetahui apa yang tidak mungkin saya miliki."
Dan entah mengapa, setiap melihat adegan terakhir film (terutama di bagian saat Abang memeluk Bunda sambil menangis ketika mengetahui Leia sudah pergi, tidak ngekos di tempat Bunda lagi) aku selalu ikut menangis. Jleb banget nih film, nggak bakalan bosan nontonnya.
2. Habibie & Ainun
Ini juga film yang udah aku tonton puluhan kali. Kisah romantis dan kesetiaan yang sangat menginspirasi. Kata bijak yang sangat aku suka dari film ini ... "Tak perlu seseorang yang sempurna, cukup temukan orang yang selalu membuatmu bahagia dan membuatmu berarti lebih dari siapa pun."
Memang, kisah dalam film ini sangat jarang ditemui di kehidupan nyata, walaupun film ini diangkat dari kisah nyata. Tapi setidaknya bisa memberikan gambaran kepada kita semua, bahwa yang namanya cinta sehidup semati itu memang masih ada.
3. 5cm.
Film ini pas banget ditonton kalo lagi down berat dan butuh suntikan semangat. Banyak motivasi dan inspirasi di dalamnya. Kutipan yang paling kusukai adalah:
"Cinta dan setia itu pilihan, bukan sejalan."
"Ketika Tuhan mengambil sesuatu dari genggamanmu, Dia tak menghukummu. Namun hanya membuka tanganmu untuk menerima yang lebih baik."
"Semua keberhasilan dan kesuksesan diawali dari keputusan untuk mencoba."
"Kadang kamu tak sadar dengan apa yang kamu miliki hingga mereka pergi."
"Gagal itu urusan nanti, yang terpenting kita berani untuk mencoba dan mencoba."
"Jangan pernah berhenti untuk bermimpi."
Ketiga film itu sangat membawa dampak positif bagi kehidupanku. Entahlah, seolah ada makna dan hikmah tersendiri yang terpendam di dalamnya. Yang pasti ketiga film ini nggak akan pernah bosan buat kutonton sampai detik ini.
Judul Review : Menjadi Diri Sendiri Tanpa Diskriminasi
Durasi : 44 menit 36 detik
Eksekutif Produser : Denny JA Produser :
- Hanung Bramantyo
-Rudi Setiawan
-Ardi Kurniawan
Sutradara : Rahabi M.A
Penulis Naskah : Rahabi M.A berdasarkan puisi esai Denny JA
Editor :
Wawan I. Wibowo
Narator :
Tio Pakusadewo
Pemain Utama : - Rizal
Syahdan sebagai Amir
-Zack Nasution sebagai Bambang
-Marsya S. Adiyuta sebagai Sarinah
-Dini Vitri sebagai Ibu Amir
-Hefri sebagai Hendro
Menjadi
Diri Sendiri Tanpa Diskriminasi
Tahu
luar itu gampang, tahu dalam yang penting!
—Kutipan Sarinah—
Ringkasan
filmCinta yang Dirahasiakan:
Amir dan Bambang, sepasang sahabat yang saling jatuh
cinta. Cinta sesama jenis yang biasa disebut homo seksual. Amir yang menyadari
kelainan tersebut, berusaha sekuat tenaga untuk menampik kenyataan bahwa
dirinya adalah seorang homo. Namun, betapa pun ia menolak hasrat menyukai
sesama jenis yang mengalir dalam darahnya, ia tak pernah mampu untuk mengobati
kelainannya tersebut. Padahal Amir sangat taat ibadah, rajin salat dan mengerti
agama, juga takut akan azab Allah. Amir tak pernah menyerah menjalankan ajaran
agama, dan berusaha sekuat tenaga untuk menjadi laki-laki normal.
Berbeda dengan Amir, Bambang yang juga seorang homo tidak
pernah menyangkal kelainan yang dideritanya. Bambang berani mengakui bahwa
dirinya seorang gay, walaupun hanya
ditunjukkan kepada komunitasnya saja. Bambang seperti tidak berusaha untuk
mengubah dirinya menjadi laki-laki normal yang seharusnya menyukai lawan jenis.
Tidak seperti Amir yang terus berjuang melawan takdirnya sebagai homo, demi
membahagiakan ibunya tercinta. Amir sangat tidak ingin melukai perasaan ibunya.
Walaupun sebenarnya ibunya tahu dan sudah curiga sejak lama, akan kelainan yang
diderita anaknya tersebut. Namun ibunya percaya, yang namanya takdir masih bisa
diubah dengan doa dan usaha. Apalagi doa seorang ibu menjelang kematiannya.
Bambang adalah kekasih Amir yang cukup bijaksana. Bambang
memang mencintai Amir, namun tidak ingin mengekang kehidupan Amir.
“Aku kekasihmu, bukan penghalang hidupmu,” ucap Bambang
kepada Amir.
Bambang mengagumi tokoh Batman, menurutnya sosok Batman
itu pemberani. Alasan mengapa Bambang menyukai Batman karena dia merasa figur
Batman seperti dirinya. Seorang jagoan yang berani berbeda, dan keras prinsip
hidupnya. Tidak seperti Amir yang peragu, goyah pendiriannya selalu. Itulah
sebabnya Bambang menggambarkan Amir sebagai sosok Robin, sahabat Batman.
“Dalam hidup jangan bertindak setengah-setengah. Apa pun
yang kaupilih, lakukan dengan hati penuh, seluruh…,” ujar Bambang, selalu
berusaha menasihati Amir agar tidak ragu dengan pilihan hidupnya. Bambang bukan
seorang yang munafik, karena menurutnya menampik kenyataan hanya menambah rasa
nyeri di hati.
Namun Amir tetap memaksakan diri, untuk berjuang hidup di
jalan yang lurus. Hanya untuk menyenangkan hati ibunya, ia menikahi perempuan
pilihan ibunya. Padahal ia sudah berusaha mendekati Sarinah, teman semasa
sekolahnya yang ia ketahui kalau Sarinah menyukainya. Namun tetap tak
dirasakannya getaran hasrat, senormalnya terhadap lawan jenis. Ia hanya merasa
bahagia dan bisa ceria bila ada seorang Bambang disisinya. Yang ada di
pikirannya tetap Bambang, Bambang dan Bambang seorang.
Hingga akhirnya Amir menyadari dan menyesali pilihan
hidupnya. Namun di saat ia sudah mengakui takdir dirinya bahwa ia adalah homo
sejati, dan mencari Bambang untuk bersatu lagi seperti sebelum ia menikahi
perempuan pilihan ibunya, Bambang telah menghilang dari kehidupannya. Bambang
menjadi aktivis gay seperti
Hendro—teman komunitas gay-nya— dan
menikah dengan laki-laki lain di luar negeri. Sungguh tragis nasib Amir yang
hidupnya penuh keragu-raguan itu. Yang pada akhirnya membawanya kepada sesal,
ia sesali hidupnya sendiri.
***
Review
film Cinta yang Dirahasiakan:
Kisah
yang fenomenal tentang cinta sesama jenis ini, sudah bukan hal yang pantas
untuk didiskriminasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Walaupun masih tabu
untuk berlaku di Indonesia, namun setiap manusia berhak mempunyai persamaan
pilihan hidup yang merdeka. Jika ditilik dari sudut pandang agama, memang tidak
ada benarnya. Namun apa mau dikata, insting alami yang sudah bawaan sejak lahir
itu sangat sulit untuk ditampik. Karena kelainan homo seksual itu bisa
merupakan bawaan sejak bayi, genetika sejak lahir.
Banyak yang menyinggung kalau homo itu adalah sebuah penyimpangan
dan cacat moral. Namun bicara soal moral, moral baik dan buruk itu hanya suatu
tindakan yang bisa dipilih. Belum tentu manusia yang normal dan bukan kaum gay bisa dijamin sangat bermoral dan
berakhlak baik. Setiap manusia mempunyai hak yang sama di mata hukum. Dalam
film ini menggambarkan bahwa hak individu untuk menjadi lesbian, gay, biseksual dan transgender adalah
pilihan bebas yang dilindungi oleh prinsip hak asasi manusia.
Dalam suatu adegan di film ini, dijelaskan juga gambaran
tentang haramnya menjalin hubungan sesama jenis. Dengan penjelasan Quran
tentang kisah Nabi Luth yang mengangkat surah Asy Syu’araa’ ayat 165 dan 166
untuk memperkuat dalilnya. Sungguh film dengan penggambaran dan penjelasan
detail yang sangat seimbang, untuk membuat penontonnya lebih bijak dalam
berpikir, serta menilai dari sisi mana seharusnya mengambil tindakan untuk
menyikapi tentang kaum gay ini.
Pesan moral yang tersirat di film ini, bahwa selayaknya
kaum gay juga mendapatkan pengakuan
dan perlindungan dari masyarakat Indonesia. Kaum gay tidak meminta lebih, cuma satu … dianggap sebagai manusia saja,
sama seperti manusia-manusia yang lain.
Cinta ... lima huruf yang sangat digandrungi oleh manusia. Tua, muda, siapa pun pasti mengenal yang namanya cinta. Tapi sayangnya, tak semua orang mengerti apa hakikat dari cinta. Cinta memang memiliki definisi yang beragam, tergantung masing-masing individunya memaknai apa itu cinta. Tapi yang paling klasik bin mainstream ... cinta itu buta. Ya, bahkan tak mengenal logika.
Kalau menurut saya pribadi, cinta itu hanya sebuah pola, berawal dari suka dan akan berkembang menjadi sayang lalu kasihan dan berujung dengan tanggung jawab. Parahnya, cinta itu bisa memudar seiring waktu. Terutama dalam suatu ikatan sakral yang disebut pernikahan. Tidak banyak yang menyadari dan mampu mempertahankan ke-eksistensian cinta dalam diri. Faktor utama dan paling manusiawi yang bisa dijadikan alasan memudarnya rasa cinta adalah godaan dan cobaan hidup. Biasanya itu semua datangnya dari diri sendiri.
Percaya atau tidak, tidak ada cinta yang abadi, pun suatu hubungan. Dalam sebuah kisah kesetiaan paling fenomenal sekali pun hanya bisa ditemui seribu satu di belahan dunia ini, dan pelakunya adalah manusia-manusia kuat bin ajaib dan memang memiliki catatan takdir yang sempurna. Banyak para pakar yang mengemukakan ciri-ciri cinta sejati yang sudah klasik dan sepertinya anak kecil pun tahu penjabarannya. Saya tidak akan bahas lagi di sini, karena menurut saya tidak semuanya benar, kembali lagi kepada individunya masing-masing.
Katanya kalau cinta selalu ingat dalam susah mau pun senang ----> kalau pasangannya menderita amnesia ringan alias pikun usia dini gimana?
Katanya kalau cinta ada chemistry dan selalu peka dalam setiap suasana ----> kalau keadaan tidak memungkinkan untuk berkomunikasi setiap saat gimana?
Katanya kalau cinta selalu ingin tahu sampe bela-belain stalking ----> kalau pasangannya over sibuk gimana?
Katanya kalau cinta sesibuk apa pun pasti ada waktu buat cari tahu keadaan orang yang dicintai ----> Helloow ... hidup bukan ngurusin lo aja kale!
Definisi cinta kadang memang lebay bin alay. Hanya cinta dewasa yang paham apa itu cinta sejati yang sesungguhnya. Tak saling menyakiti dan mengerti itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa masih ada rasa cinta dalam diri. Kenyamanan adalah hal yang paling utama untuk membuktikan apakah kita masih mencintai seseorang atau tidak. Resepnya cuma ada satu (tapi lumayan menyakitkan) KEJUJURAN.
Ya, nggak semua orang berani jujur untuk mempertahankan suatu hubungan. Kebanyakan justru menutupi dengan dalih demi kebaikan, padahal sesungguhnya itu hanyalah seperti menyalakan bom waktu yang suatu saat bisa meledak tanpa bisa dikendalikan. Kalau saya? Saya memilih DIAM untuk mencari aman, hehe. Nggak bagus juga sih, efeknya tekanan batin dan rasa bersalah. Tapi dengan diam saya bisa introspeksi diri, dengan diam saya tidak perlu mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati pasangan. Memang ... curhat sama Tuhan saja kadang tidak cukup untuk mengurangi beban batin, untuk itu carilah teman bicara yang benar-benar bisa dipercaya. Tapi hati-hati curhat dengan lawan jenis, nanti bisa 'witing tresno jalaran soko kulino' lhooo...
Banyak hal yang bisa menimbulkan rasa cinta, kebersamaan, komunikasi dan yang paling penting ... pandangan mata. Makanya ada pepatah bilang: Dari mata turun ke hati. Yah ... kembali lagi ke masing-masing individunya, kalau saya ... saya saja sulit mencintai diri sendiri, bagaimana mau mencintai orang lain? hihihi. Artinya, lebih baik mencintai diri sendiri daripada harus repot-repot mencari cinta yang belum tentu bisa mencintai kita. So? perlu diingat, secinta apa pun kamu dengan seseorang, jangan terlalu berlebihan, toh pada akhirnya kalau kamu mati pasti sendiri kok. Orang yang kita cintai mati-matian nggak akan bisa menolong kita di alam akhirat nanti. Intinya ... slow ajalah ya ngebahas cinta, jodoh nggak akan ke mana kok #lah?
"Jika kita menjadi kekasih hanya untuk saling menyakiti,
lebih baik kita tetap sepasang orang asing yang saling merindukan."
Tadaaaaa ... Available now! Buku antologi keduaku sudah bisa ditemukan di toko-toko buku lhoo. Storycake for Your Life seri Keajaiban Rezeki. Berisi 37 kisah-kisah inspiratif dari para penulis unggulan yang terpilih mengisi buku tersebut. Alhamdulillah naskah saya adalah salah satunya, kebanggaan tersendiri buat saya yang masih pemula ini bisa ikut nimbrung bareng penulis-penulis senior lainnya di buku itu.
Sssst, tulisan saya ada di halaman 89 lhoo.
Digawangi oleh Mbak Nunu El Fasa sebagai PJ dari Storycake serial Keajaiban Rezeki, buku ini ternyata masuk kategori best seller di beberapa toko buku Gramedia di pulau Jawa.
Masuk urutan ke-3 lhooo di salah satu toko buku Gramedia
Oya, ada A. Fuadi yang mengisi endorsement buku ini. Bahkan saya sempat berbincang langsung dengan beliau membahas buku ini saat bertemu di UWRF 2013 lalu. Sayang, saat itu bukunya belum cetak, jadi saya nggak bisa minta tanda tangan beliau deh di buku ini, hehe.
Luar biasa ya gebrakan Mbak Nunu El Fasa dalam mengkoordinir Sorycake serial Keajaiban Rezeki ini. Tak kenal maka tak sayang, ini dia penampakan Mbak Nunu dengan buku Keajaiban Rezekinya.
Kabar baiknya niih, Alhamdulillah saya lolos lagi untuk serial Storycake Miracle Dream yang masih dikoordinatori oleh Mbak Nunu juga (I love Mbak Nunu pokoke reeek )
So? Buku ini ada di deretan rak psikologi populer, biasanya sih satu rak sama serial Chicken Soup for the Soul tuuuh, hehe.
Oke deehh, semoga untuk beberapa serial Storycake berikutnya saya masih bisa ikutan lagi ya. Oya, serial storycake juga tersedia dalam bentuk E-Book lho, bisa klik infonya di link ini: gramediana.com
Semoga buku ini bermanfaat dan menginspirasi teman-teman semua yaaaaa
Finally... Aku berdiri di pulau yang terkepung lautan itu, Bali. Seminggu bersama teman-teman sesama penulis, saling berbagi dan bertukar pengalaman. Pengalaman menulis hingga pengalaman hidup. Bertemu dengan para penulis hebat dari seluruh penjuru tanah air bahkan dunia. Wow, sungguh pengalaman luar biasa.
Dan yang paling penting lagi ... tadaaaaaaa, akhirnyaaaa ... my dream come true. Bertemu dengan Poet si Buleg Darmi. Yeeeyyy ... bener-bener from socmed become roomate neh, hihihi.
Me & Poet
Ketemu mbak Dee, mbak Ayu Utami, mbak Laksmi Pamuntjak, Pak Goenawan Mohamad, A. Fuadi, Uda Agus, Bernard Batubara, mbak Dian Nafi dan masih banyaaaaak lagi penulis-penulis senior yang selama ini cuma bisa kupantengin di dunia maya. Sayangnya gatot janjian ketemuan ama si Itik Bali, hiks.
Me, mbak Ayu Utami, Ade dan Uda Agus
Me, Bernard Batubara dan Poet
With A. Fuadi
Foto sama mbak Dewi 'Dee' Lestari kehapus ... hiks, sedih. It's oke deh, yang penting sudah bisa ketemu dengan beliau dan sempat sedikit curcol, hehe.
Geng Kabera
With fellow volunteers
Serunya homestay selama seminggu di Ubud. Walopun kondisi kesehatanku mendadak drop selamadi sana, tapi nggak bikin patah semangat buat ngikutin setiap acara UWRF yang keren-keren abisss. Jadi pengin tiap tahun ikutan UWRF ... he.
Cuma ada satu hal yang bikin beteeee, foto-fotoku yang di android nggak sengaja kehapus semua, huuaaaaaaa (musibah!). Hanya ini yang tersisa ... hiks.
Ahhh, senangnya bisa jadi bagian dari UWRF. Dapat banyak pengalaman, teman baru dan yang pasti bisa mewujudkan mimpi bertemu Poet. Itu yang terpenting, hehe. Sekarang aku makin percaya, kekuatan mimpi itu ada. Asal yakin dan terus berusaha ... nggak ada yang nggak mungkin.
Tinggal besok ... impianku untuk menjadi bagian dari UWRF akan terwujud. Tiket pesawat sudah di tangan, penginapan sudah beres, nggak perlu bobo di hotel, nginepnya di Kabera aja bareng volunteers yang lain, biar ramean makin seru (baca ngirit). Transportasi selama di Ubud sudah diurus, packing² pun sudah, tinggal pasang weker aja supaya besok subuh nggak telat sampe bandara.
Sempat deg-degan karena jadwal penerbangan yang mepet, gara-gara bandara Ngurah Rai ditutup mulai tanggal 6 sampai 9 Oktober. Sedangkan tanggal 10 semua volunteers wajib standby di base camp untuk orientasi sebelum festival dimulai. Semoga tanggal 10 nyampe Denpasar nggak pake ngaret dan bisa nyampe Ubud tepat waktu.
Nggak sabar ketemu Puput. Akhirnyaaaaaaa ... sebentar lagi kelakon juga ketemuan sama makhluk ajaib yang satu itu. Semoga berkesempatan buat hunting booksign para penulis ngetop dan ngobrol bareng Mbak Dee dan Mbak Ayu Utami. Huaaaa ... bonus mimpi!
Baru kali ini Idul Adha nggak bareng keluarga, nggak papa deh, nggak tiap taon ini ... he. Mudah-mudahan di sana dapat banyak pengalaman juga teman baru yang asik². Seenggaknya bisa berinteraksi dengan para penulis senior secara langsung. Semoga jadwalnya nggak banyak bentrok dengan acara-acara keren lainnya.
Wuiihhh, nggak sabar pengin cepat-cepat nyampe Ubud. Mudah-mudahan nggak ada kendala apa pun selama di sana. Maklum pengalaman pertama jadi volunteers, jadi norak² dikit itu biasaaa ... xixixi.
Terkadang dalam kehidupan, manusia pasti selalu mempunyai banyak keinginan. Dari setiap keinginan, ada yang terwujud ada pula yang ditangguhkan bahkan tidak dikabulkan oleh-Nya. Apa yang salah jika Allah tidak segera mengijabah doa-doa kita?
Pertanyaan seperti itu terkadang menimbulkan pikiran negatif dan kesan mengeluh serta berburuk sangka kepada Allah. Padahal ada banyak sekali alasan mengapa yang kita inginkan tidak semuanya dikabulkan. Untuk alasan yang paling logis mungkin bisa kita ambil dari berbagai kisah inspiratif.
Terkadang saya berpikir seperti ini ..., apa yang kita keluarkan itulah yang akan kita dapatkan. Kita semai benih kebaikan kita pun akan menuai kebaikan. Pun sebaliknya. Lalu? Mengapa masih meragukan pertolongan Allah? Seharusnya kita instrospeksi diri jika apa yang kita dapatkan tak pernah sesuai dengan daftar doa kita.
Saya punya satu pengalaman unik baru-baru ini. Terbilang unik, karena saya berspekulasi dengan yang namanya keinginan. Saya mempunyai satu keinginan, katakanlah mimpi untuk bisa mengeksistensikan diri ke dunia literasi tak hanya di dunia maya. Saya ingin terjun langsung ke dunia nyata, berinteraksi, kopi darat dengan para penulis senior dan teman-teman sesama penulis yang selama ini hanya bisa saya dengar suaranya atau paling banter berkomunikasi lewat sosial media.
Sepertinya Allah sedang berbaik hati mengabulkan doa saya. Tapi tunggu ..., saya sempat dibuat was was dan sport jantung sebelum akhirnya sekarang bisa bernapas lega. Tahun lalu, saya down mendapati bahwa saya sepertinya tidak mendapat kesempatan untuk merealisasikan keinginan saya untuk bergabung di acara Ubud Writers & Readers Festival. UWRF merupakan one of the six best literary festival in the world, penulis mana yang tidak ingin menghadiri acara tersebut. Hanya diselenggarakan setahun sekali dan bertemu dengan banyak penulis dari penjuru dunia.
Tapi melihat itu bukanlah acara kacangan dan butuh biaya tidak sedikit untuk mencapai ke sana (kecuali untuk penulis yang beruntung memenangkan hadiah sebagai penulis undangan terpilih). Berhubung saya adalah peserta umum yang harus menanggung semua biaya akomodasi dan transportasi sendiri, sedikit merasa berat setelah saya memperhitungkan bajet yang harus saya keluarkan. Minimal lima juta harus saya pegang itu pun (mungkin) ngegembel abis alias tidak bisa mendapat fasilitas kelas atas selama homestay di sana.
Karena tekad saya yang kuat untuk menghadiri acara tersebut, saya yakin Allah pasti akan mengijabah doa saya. Selama beberapa bulan saya tak putus dari Dhuha, Tahajud dan Hajat setelah menjalankan sholat wajib dan Rawatibnya. Tak pernah bolong sekali pun, karena niat yang begitu kuat dan hanya mengharap dan mengemis kepada Allah untuk diberikan rezeki agar bisa menghadiri UWRF bulan depan.
Subhanallah ... Saya telah membuktikan yang namanya kekuatan pikiran, mimpi dan keyakinan doa. Bulan lalu saya dikonfirmasi kalau saya diterima sebagai salah satu volunteers UWRF. Bukan main senangnya, satu permasalahan saya teratasi, mengingat harga tiket masuk festival yang ratusan ribu hingga jutaan rupiah itu telah mengurangi bajet pengeluaran saya. Lumayan karena volunteers mendapat fasilitas dan makan juga yang pasti gratis masuk ke berbagai acara (kecuali spesial event). Dan Alhamdulillahnya lagi, saya ditugaskan sebagai salah satu volunteers untuk spesial event dan book launch di sana. Saya pun bernapas lega ... (walaupun bukan kebagian event-nya Mbak Dee ... hiks). It's ok, pasti ada seribu cara menyusup ke sana tanpa biaya ... he.
Permasalahannya tinggal di transportasi dan akomodasi. Untungnya di grup volunteers saya menemukan banyak teman yang saling bertukar informasi. Jadilah mendapatkan penginapan dengan harga paling terjangkau. Tinggal tiket pesawat ... Subhanallah, lagi-lagi pertolongan Allah selalu datang. Saat dolar yang tidak stabil saat ini membuat harga tiket pesawat ikut menggila, ditambah waktunya bertepatan dengan diselenggarakannya Miss World dan KTT APEC di Bali, belum lagi menjelang Idul Adha yang membuat harga tiket pesawat melambung tinggi. Tiba-tiba seorang teman menawarkan bantuannya, kebetulan sekali dia sedang mendapat promo diskon di kartu kreditnya, akhirnyaaaa ... tiket pesawat dengan biaya termurah di tangan sudah. Setelah dihitung-hitung semua pengeluaran akhirnya membuatku bisa tersenyum lega dan semakin semangat menuju ke sana.
Itu hanya salah satu dari keinginanku yang Allah penuhi dengan kebutuhan. Ya ... Allah memang tidak memberikan sepenuhnya apa yang aku inginkan, tapi Dia telah memenuhi apa yang aku butuhkan. Tiket, penginapan, uang saku dan waktu luang selama seminggu untuk bisa menjadi bagian dari acara tersebut. Dan karena pengalaman pribadi ini, saya semakin yakin, bukan mustahil Allah akan mengijabah setiap doa bagi hamba-Nya yang mau berusaha, pantang menyerah, tak kenal kata putus asa dan jangan mengeluh jika menghadapi cobaan hidup. Teruslah membersihkan hati, agar bisa tercapai semua mimpimu.
Anda pasti sudah tahu sama yang namanya botol
kecap, kan? So pasti!
Cobalah tuangkan air putih ke dalam botol kecap kosong yang
belum dicuci bersih, lalu kocok. Amati apa yang terjadi ... air di dalamnya
tetap keruh karena masih tercampur sisa kecap yang tertinggal di dasar atau
dinding botol. Bila ingin air tersebut tetap bening saat ditaruh dalam botol
kecap, sudah barang tentu, botol tersebut perlu dibersihkan tak hanya bagian
luar botol, tetapi bagian dalamnya juga.
Lalu apa hubungannya botol kecap dengan judul postingan saya kali ini? Ini hanya istilah atau sebuah filosofi yang saya ambil dari hikayat tentang pertobatan yang paling terkenal. Mungkin saja Anda belum pernah mendengar, berikut saya ceritakan kembali untuk Anda yang ingin selalu terbuka jalan rezekinya, karena ini sangat erat kaitannya antara tobat, hati yang bersih dan rezeki yang akan mengalir dalam hidup Anda.
Seseorang yang ingin membersihkan diri dari segala
perbuatan tercela yang pernah dilakukannya sebagai sebuah pertobatan, itu ibarat
botol kecap dan air. Bila dianalogikan kecap itu adalah harta yang dimiliki
(dengan jalan tak jujur seperti korupsi dan lain sebagainya) dan air putih itu
adalah doa dan amal ibadah. Keduanya tidak mungkin bersatu. Sebab itu di saat
seseorang ingin menyucikan dirinya, semua kotoran di dalam dirinya dan harta
harus dibersihkan. Lantas bagaimana skenario Tuhan untuk itu? Tuhan akan
membersihkan harta seseorang dari harta kotor yang dimilikinya sampai
benar-benar terkuras, antara lain dengan membuat bangkrut usahanya, kena tipu,
dan lain sebagainya. Andaipun semuanya sudah terkuras seperti botol kecap yang
kosong, boleh jadi masih ada sisa-sisa kotoran tersisa dalam diri dan hartanya,
maka Tuhan akan membersihkannya melalui penyakit, musibah, bencana, dan lain
sebagainya, sembari dia menahan rezeki dari orang tersebut. Saat seseorang
sudah benar-benar bersih, barulah Tuhan membukakan jalan rezeki yang halal
kepadanya yang membawa berkah di dunia dan akherat. Itulah yang seringkali
tidak kita sadari…
Botol kecap bisa
jadi inspirasibagi
orang-orang yang mengalami kesulitan hidup. Apa hubungannya botol kecap dengan
hidup? Nah cerita berikut adalah inspirasi bagi Anda yang merasa hidup
penuh ujian dan cobaan. Seringkali kita merasa Tuhan tidak adil kepada kita,
kita merasa telah berbuat hal-hal yang baik dalam hidup dan suka menolong orang
lain, namun kok hidup ini selalu ditimpa musibah dan tidak ada tanda-tanda
pertolongan dari Tuhan. Mari kita simak cerita inspirasi berikut ini agar kita
tahu bagaimana kita harus bersikap menghadapi kesulitan hidup.
Filosofi Botol Kecap
(Kisah Inspiratif)
Dikisahkan ada seorang pengusaha kaya yang tampak
bahagia. Uang bukan masalah baginya. Usahanya maju, dia jarang rugi, hampir
semua bisnisnya mendatangkan keuntungan berlipat. Seakan-akan, uang itu
mengejar-ngejar dirinya. Dia pun memiliki istri yang cantik, anak-anak
yang sehat dan lucu. Akan tetapi, dibalik kesuksesannya itu ada banyak
perilaku buruk yang dia lakukan. Pengusaha ini gemar melakukan maksiat. Karena berkantong tebal, dia dengan mudah bisa
bergonta-ganti pasangan alias main perempuan, melakukan kecurangan dalam
bisnis, mengonsumsi makanan dan minuman haram, dan beragam kemaksiatan lainnya.
Sampai suatu ketika dia mengalami sebuah peristiwa yang mengubah hidupnya. Anaknya yang berusia tiga tahun meninggal dunia karena kecelakaan disebabkan keteledoran dirinya. Peristiwa itu membawa perubahan dalam dirinya. Dia bertobat dan bertekad untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang biasa dia lakukan. Dia pun mulai melakukan sholat, pergi ke masjid, melaksanakan puasa Ramadhan, dan sebagainya. Di tengah upaya perbaikan diri itulah, krisis moneter yang menghantam pada tahun 1998 telah membawa perubahan drastis dalam bisnisnya. Perlahan tapi pasti, dia mengalami kebangkrutan. Satu per satu perusahaan miliknya gulung tikar dan berpindah tangan. Utangnya membengkak sehingga tabungan dan depositonya di bank serta properti dan kendaraannya habis untuk menutupi utang-utangnya itu. Jia sebelumnya kata "gagal" dan "rugi" seakan menjauh darinya, sekarang kedua kata itu seolah lekat dengannya.
Jika sebelumnya gelimang rupiah demikian mudah
dia dapatkan, sekarang uang recehan pun seakan enggan mendekat kepadanya. Telah
berkali-kali, dia mencoba bangkit, merintis kembali bisnisnya, tetapi
berkali-kali pula dia gagal. Tumpukan emosi negatif seakan tumpah ruah di
otaknya. Dalam kesulitan hidup yang mengimpit tersebut,
dia mempertanyakan keadilan Tuhan. Saat tenggelam dalam kemaksiatan, begitu
mudahnya rezeki didapat, tetapi setelah meninggalkan kemaksiatan, rezeki pun
ikut meninggalkan dirinya.
"Apakah ada yang salah? Ke mana doa-doa yang selama ini kupanjatkan? Apakah Tuhan tidak mendengar atau tidak mengabulkan doaku? Bukankah Tuhan itu Maha Pengasih dan Penyayang serta akan mengabulkan doa-doa dari setiap hamba-Nya?" Begitu keluhnya.
Memang, di tengah kesulitan itu, kuantitas ibadahnya semakin berlipat-lipat. Namun itu semua seakan belum cukup untuk mengembalikannya pada kehidupan normal. Berkali-kali, dia mendatangi Ustaz dan Kyai untuk
meminta doa dan nasihat. Saat diberi doa atau amalan tertentu, dia akan
melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Namun, lagi-lagi semuanya berakhir
dengan kekecewaan. Dia pun mulai meragukan para Kyai dan Ustaz tersebut yang
katanya hanya pandai berteori. Mana buktinya?
Di ambang keputusasaan, pertolongan Allah pun
datang melalui salah seorang kenalannya. Dia adalah seorang dosen agama di
sebuah perguruan tinggi ternama. Dosen itu tidak membawakannya uang, menawarkan
kerja sama bisnis, atau hal lain yang bersifat materi. Namun, dia membawa nasihat yang mampu mengubah
paradigma berpikir mantan pengusaha kaya ini. Tidak banyak dalil yang dia
ungkapkan. Dia hanya memberikan analogi dan perlambang saja. Dia berkata:
"Seseorang tidak bisa mengisi botol penuh kecap dengan air putih, sebelum kecapnya dibuang terlebih dahulu. Baru setelah itu, kita bisa memasukkan air putih. Itu pun masih ada sisa-sisa kecap yang belum terbuang sehingga air yang kita masukkan masih akan bercampur dan berwarna hitam. Air itu harus dibuang lagi sehingga botol benar-benar bersih dari kecap. Baru setelah itu air yang kita masukkan benar-benar bening karena tidak tercampur lagi dengan kecap."
Analoginya, kecap itu adalah harta yang kita miliki dan air putih itu adalah amal ibadah yang kita lakukan. Antara maksiat dan kebaikan tidak akan mungkin bisa bersatu. Karena itu, ketika seseorang ingin menyucikan dirinya, semua kotoran yang ada dalam diri dan harta harus dibuang dan dibersihkan.
Ada banyak skenario Tuhan untuk 'membersihkan'
harta seseorang sehingga harta kotor yang dimilikinya benar-benar terkuras, mungkin
dibangkrutkan usahanya, kena tipu, dan sebagainya. Andaipun semuanya sudah
terkuras, boleh jadi masih ada kotoran yang masih tersisa dalam diri dan harta.
Allah Swt. akan membersihkannya dengan penyakit, musibah, atau lainnya,
sembari dia menahan rezeki dari orang itu. Nah, ketika dia sudah benar-benar
bersih, Allah Swt. akan membukakan jalan rezeki yang halal kepadanya. Yang jadi
masalah, apakah kita sabar atau tidak dalam proses pembersihan itu?
Nasihat ini mampu menjawab pertanyaannya selama
ini tentang keadilan Tuhan, tentang ijabah doa, tentang makna pertobatannya.
Allah Ta'ala. mengambil sebagian besar kekayaannya bukan karena Allah benci,
melainkan Allah amat sayang dan cinta kepada hamba-hamba-Nya yang bertobat.
Sebabnya, bagaimana mungkin mengisikan nasi dan
sup yang lezat ke dalam mangkuk yang blepotan dengan kotoran. Tentu sangat
bijak jika mangkuk itu dibersihkan terlebih dahulu. Begitu pula qada Allah,
sebelum menuangkan limpahan rahmat dan ampunan-Nya, dia akan membersihkan orang
tersebut dari jelaga kemaksiatan yang masih hinggap dalam diri dan hartanya.
Beberapa tahun berlalu, mantan pengusaha kaya
ini sudah berada kembali di jalur kesuksesan bisnisnya. Walau belum sesukses
dahulu, tanda-tanda ke arah itu sudah mulai terlihat di hadapannya. Ibaratnya,
dia tengah mengisi botol nasibnya dengan air putih keberhasilan setelah dia
menumpahkan hitamnya air kemaksiatan. Rentetan kegagalan dalam bisnis telah membawa
perubahan positif dalam diri pengusaha ini walau sebelumnya dia nyaris jatuh
pada keputusasaan.
Filosofi botol
kecapyang disampaikan temannya
telah membuka sudut pandang baru terhadap makna ujian dan makna hidup yang
sebenarnya. Dalam bahasa manajemen, pengusaha ini telah
mengalami reinventing atau menemukan kembali tujuan hidupnya.
Sumber : Cerita Inspirasi Muslim & Rony Wijaya's Blog
***
Begitulah tentang filosofi botol kecap yang erat kaitannya dengan pertobatan dan kelancaran rezeki. Masuk akal, bukan? Itulah mengapa kita tetap harus berpikir positif dan jangan pernah sedikitpun berburuk sangka terhadap rencana Allah. Apa yang Dia berikan kepada kita itulah yang terbaik. Jangan sekali-kali meragukan pertolongan Allah. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, selebihya kita serahkan saja kepada Yang Maha Memberi Rahmat, dan itu tergantung dari kesabaran kita juga konsekuensi dari niat pertobatan kita sendiri.
Tobat yang sebenar-benarnya ya harus total. Jangan sisakan sedikit pun kebiasaan buruk walaupun hanya sekadar iseng seperti berjudi kecil-kecilan, nontop bokep atau meninggalkan ibadah wajib. Terkadang kita menyepelekan dosa kecil dan mengabaikan hal-hal yang justru bisa menjerumuskan kita kepada pikiran negatif sehingga kembali lagi kepada kufur nikmat Allah.
Semoga kita termasuk golongan hamba yang selalu disayang Allah ... Amiiinnn.
Yang disebelahku ini Mbak Zahra A. Haris lho, editor yang menyunting novel yang sedang kupegang
Judul Buku : Surga Sang Pramuria
No. ISBN : 9786027692282
Penulis : Ullan
Pralihanta
Penerbit : AG
Publishing
Tanggal Terbit : Februari 2013
Jumlah Halaman : viii + 204 halaman
Jenis Cover : Soft cover
Kategori : Novel Spiritualitas
Teks :
Bahasa Indonesia
Harga : Rp. 40.000
Rasti, Sang Pramuria yang Sadar Diri
Kisah tragis nan ironis tentang
seorang wanita bernama Rasti. Yang terperosok ke lembah nista karena tuntutan
keadaan hidupnya yang dilematis. Ia terpaksa memilih jalan hidup menjadi
pekerja seks komersial. Jalan hidup yang sama sekali tidak ia inginkan. Alasan
yang sangat klasik membuatnya terpaksa harus menjual diri demi ‘membeli’ hidup
Galih. Bocah laki-laki yang terlahir hasil dari perbuatan terlarangnya
dengan Johan —kekasih yang mencampakkannya setelah mengetahui dirinya hamil.
Johan tidak mau bertanggung jawab
atas Galih, anak dari hubungan di luar nikah itu. Justru Johanlah yang berandil
besar menyeret hidup Rasti ke dunia pelacuran. Penderitaan Rasti tak cukup
hanya sampai terbuang dari orang tua dan keluarganya saja. Ia harus menerima
kenyataan bahwa Galih mengidap komplikasi kebocoran jantung dan leukemia. Hal
itu membuat Ratih semakin berjuang menjual diri demi biaya pengobatan Galih.
Di tengah kemelut hidupnya, Tuhan
seolah mengirim sosok Wibowo sebagai malaikat penyelamat hidupnya dan Galih.
Wibowo yang jatuh cinta pada Rasti setelah kencan pertama mereka, bersimpati
atas hidup Rasti yang malang. Hingga akhirnya mata hati Rasti terbuka untuk
kembali mengenal cinta yang sudah lama tak ia rasakan setelah terbuang dari
Johan dan keluarganya.
Kebahagiaan ternyata hanya sekejap
menghampiri hidup Rasti. Di tengah suka citanya mendengar kabar kalau Wibowo
bersedia menanggung biaya pengobatan dan operasi jantung Galih, Rasti justru
divonis positif terinfeksi virus HIV/AIDS. Hatinya kembali hancur. Ia bingung,
apakah harus jujur pada Wibowo yang tampak bersungguh-sungguh menerima hidupnya
dengan keadaan terpuruk bersama Galih. Ia takut kehilangan kebahagiaannya
dengan Wibowo yang baru saja dimulai.
Rasti semakin merasa hina dan terpuruk dengan kondisinya itu. Namun Galih seperti malaikat kecil yang menyelamatkan kekosongan jiwanya. Rasti merasa mendapat hidayah dari Galih, saat anaknya itu mengajaknya untuk sholat. Galih yang kerap kali mempertanyakan tentang surga membuat Rasti tersadar, apakah pantas seorang pramuria seperti dirinya mengharapkan surga? Sedangkan ia merasa kotor hanya sekadar untuk menghadap-Nya saja.
Apakah Rasti akan jujur mengatakan
yang sebenarnya kepada Wibowo tentang keadaan dirinya yang terinfeksi AIDS?
Mampukah Rasti menjawab pertanyaan Galih tentang surga dan keberadaannya? Ending cerita ini sangat jauh dari
bayangan di awal kisah. Cerita yang penuh kejutan dan tak tertebak akan seperti
apa wajah surga yang mereka cari selama ini.
***
Membaca bab demi bab novel ini membuatku sangat antusias untuk mengetahui bagaimana ending dari kisah ironis si Rasti ini. Pramuria yang berhati ikhlas dan sabar atas semua cobaan hidup yang menimpanya. Kemalangan hidup yang bertubi-tubi tak membuatnya menyerah pada keadaan. Ia rela mengorbankan diri demi buah hatinya tercinta.
Prolog, narasi dialog sampai epilog novel ini terkemas dalam balutan diksi yang indah. Sungguh sentuhan luar biasa dari Ullan Pralihanta, yang mampu mengemas cerita sedemikian rupa hingga membuat pembaca terhanyut ke dalamnya. Mampu membuatku menyelami karakter tokoh dan terhanyut untuk ikut merasakan penderitaan Rasti. Alur kisah yang klasik namun mampu menohok hati. Menginspirasi dan mencerahkan batin untuk membuka mata, bahwa kehidupan kelam dan lembah nista yang dijalani para pramuria tentunya tidak bisa dipandang sebelah mata.
Ullan menuliskan kisah ini berdasarkan kisah nyata yang ia ambil dari aktivitas sosialnya setelah terjun ke tempat-tempat yang dianggap marjinal. Sungguh luar biasa gaya Ullan bertutur cerita, membuatku tak mampu melepaskan lembarannya hingga tuntas sampai ending cerita.
Udah dapat novelnya gratis langsung dari editornya, dapat tanda tangan plus foto bareng pula... Subhanallah