Rabu, 04 Desember 2013

Mari Bicara Cinta

Cinta ... lima huruf yang sangat digandrungi oleh manusia. Tua, muda, siapa pun pasti mengenal yang namanya cinta. Tapi sayangnya, tak semua orang mengerti apa hakikat dari cinta. Cinta memang memiliki definisi yang beragam, tergantung masing-masing individunya memaknai apa itu cinta. Tapi yang paling klasik bin mainstream ... cinta itu buta. Ya, bahkan tak mengenal logika.

Kalau menurut saya pribadi, cinta itu hanya sebuah pola, berawal dari suka dan akan berkembang menjadi sayang lalu kasihan dan berujung dengan tanggung jawab. Parahnya, cinta itu bisa memudar seiring waktu. Terutama dalam suatu ikatan sakral yang disebut pernikahan. Tidak banyak yang menyadari dan mampu mempertahankan ke-eksistensian cinta dalam diri. Faktor utama dan paling manusiawi yang bisa dijadikan alasan memudarnya rasa cinta adalah godaan dan cobaan hidup. Biasanya itu semua datangnya dari diri sendiri.

Percaya atau tidak, tidak ada cinta yang abadi, pun suatu hubungan. Dalam sebuah kisah kesetiaan paling fenomenal sekali pun hanya bisa ditemui seribu satu di belahan dunia ini, dan pelakunya adalah manusia-manusia kuat bin ajaib dan memang memiliki catatan takdir yang sempurna. Banyak para pakar yang mengemukakan ciri-ciri cinta sejati yang sudah klasik dan sepertinya anak kecil pun tahu penjabarannya. Saya tidak akan bahas lagi di sini, karena menurut saya tidak semuanya benar, kembali lagi kepada individunya masing-masing.

Katanya kalau cinta selalu ingat dalam susah mau pun senang ----> kalau pasangannya menderita amnesia ringan alias pikun usia dini gimana?

Katanya kalau cinta ada chemistry dan selalu peka dalam setiap suasana ----> kalau keadaan tidak memungkinkan untuk berkomunikasi setiap saat gimana?

Katanya kalau cinta selalu ingin tahu sampe bela-belain stalking ----> kalau pasangannya over sibuk gimana?

Katanya kalau cinta sesibuk apa pun pasti ada waktu buat cari tahu keadaan orang yang dicintai ----> Helloow ... hidup bukan ngurusin lo aja kale!

Definisi cinta kadang memang lebay bin alay. Hanya cinta dewasa yang paham apa itu cinta sejati yang sesungguhnya. Tak saling menyakiti dan mengerti itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa masih ada rasa cinta dalam diri. Kenyamanan adalah hal yang paling utama untuk membuktikan apakah kita masih mencintai seseorang atau tidak. Resepnya cuma ada satu (tapi lumayan menyakitkan) KEJUJURAN.

Ya, nggak semua orang berani jujur untuk mempertahankan suatu hubungan. Kebanyakan justru menutupi dengan dalih demi kebaikan, padahal sesungguhnya itu hanyalah seperti menyalakan bom waktu yang suatu saat bisa meledak tanpa bisa dikendalikan. Kalau saya? Saya memilih DIAM untuk mencari aman, hehe. Nggak bagus juga sih, efeknya tekanan batin dan rasa bersalah. Tapi dengan diam saya bisa introspeksi diri, dengan diam saya tidak perlu mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati pasangan. Memang ... curhat sama Tuhan saja kadang tidak cukup untuk mengurangi beban batin, untuk itu carilah teman bicara yang benar-benar bisa dipercaya. Tapi hati-hati curhat dengan lawan jenis, nanti bisa 'witing tresno jalaran soko kulino' lhooo...

Banyak hal yang bisa menimbulkan rasa cinta, kebersamaan, komunikasi dan yang paling penting ... pandangan mata. Makanya ada pepatah bilang: Dari mata turun ke hati. Yah ... kembali lagi ke masing-masing individunya, kalau saya ... saya saja sulit mencintai diri sendiri, bagaimana mau mencintai orang lain? hihihi. Artinya, lebih baik mencintai diri sendiri daripada harus repot-repot mencari cinta yang belum tentu bisa mencintai kita. So? perlu diingat, secinta apa pun kamu dengan seseorang, jangan terlalu berlebihan, toh pada akhirnya kalau kamu mati pasti sendiri kok. Orang yang kita cintai mati-matian nggak akan bisa menolong kita di alam akhirat nanti. Intinya ... slow ajalah ya ngebahas cinta, jodoh nggak akan ke mana kok  #lah?



"Jika kita menjadi kekasih hanya untuk saling menyakiti, 
lebih baik kita tetap sepasang orang asing yang saling merindukan."
—Hoeda Manis—

3 komentar: